Wednesday, April 28, 2010

Meditasi Pengejaran Kebahagiaan

MEDITASI Pengejaran Kebahagiaan
CBC News Online | April 23, 2004

Reporter: Eve Savory
Producer: Marijka Hurko
From The National
Erin Gammel adalah atlet yang pasti masuk tim renang Olimpiade Kanada. Pemegang rekor Kanada, juara gaya punggung - jika tidak terjadi sesuatu di luar dugaan, ia akan diberangkatkan ke Athena.

Tetapi empat tahun yang lalu, ia juga merupakan orang yang dipertaruhkan secara pasti untuk Olimpiade Sydney.

"Setiap orang terus memberitahu saya bahwa anda pasti bisa ikut," ia berkata. "Kita mempunyai strategi dan segalanya sempurna. Maka saya pikir inilah saatnya, saya akan menuju ke Olimpiade."

Ia bertanding di pertandingan percobaan Olimpiade di Montreal. Ia menabrak tali pemisah, kehilangan konsentrasi dan kehilangan posisinya di tim tersebut.

"Hal itu sangat mengecewakan. Saya depresi. Saya sungguh-sungguh sedih. Saya menangis dan saya tidak dapat mengendalikan diri sendiri," kata Gammel.

Erin Gammel menangis selama dua tahun. Pertolongan yang tidak pernah ia duga sama sekali sedang datang, pertolongan dari Dharamsala di India bagian utara, 5.000 kilometer jauhnya dan dari kebudayaan yang telah ada beribu-ribu tahun.

Dharamsala adalah rumah pengasingan bagi ribuan warga Tibet yang mengikuti Dalai Lama setelah China menduduki Tibet.

Umat Buddhis Tibet telah berpraktek dan memperbaiki eksplorasi mereka selama 25 abad. Selama beberapa generasi mereka menyelidiki ruang batin mereka dengan komitmen yang sama seperti ilmu pengetahuan barat mengeksplorasi dunia luar dan ruang angkasa.

Tetapi saat ini, mereka menemukan kesepakatan dalam suatu kerjasama yang luar biasa.

Pada Maret 2000, suatu grup para ahli ilmiah dan sarjana yang terpilih melakukan perjalanan ke Dharamsala. Mereka datang untuk berbagi pemahaman dan solusi - atas kesulitan dan penderitaan manusia.

Richard Davidson berada di antara mereka, seorang neuroscientist (ahli ilmiah syaraf) dari University of Wisconsin. Ia menemukan tidak ada pertentangan apapun antara agama Buddha dengan ilmu pengetahuan.



"Sikap yang ditunjukkan oleh para umat Buddha dalam menyelidiki pikiran mereka hampir seperti berhubungan dengan ilmu ilmiah," katanya. "Pikiran mereka adalah lahan untuk percobaan mereka sendiri, jika mereka menginginkannya."

Para pengunjung dari Barat telah diundang sendiri oleh Dalai Lama ke tempat tinggal pribadinya.

Selama lima hari para bhikkhu dan ahli ilmiah menganalisa apa yang mereka sebut "emosi-emosi negatif" - kesedihan, kecenderungan menjadi keirian kegelisahan/kecemasan, kemarahan - serta potensi mereka untuk menghancurkan.

Salah satu peserta, Daniel Goleman, penulis buku Destructive Emotions, berkata, "Saat kami akan meninggalkan Amerika menuju ke sini, berita utama di sana adalah seorang anak berumur enam tahun telah berkelahi dengan teman kelasnya dan pada hari berikutnya ia kembali dengan sebuah pistol dan menembak dan membunuh temannya. Hal ini sangat menyedihkan."

Mengapa para ahli ilmu pengetahuan mencari jawaban pada Buddhisme Tibet?

Karena praktek-praktek meditatifnya yang kuat kelihatannya telah memberikan para bhikkhu suatu daya lenting yang luar biasa, suatu kemampuan untuk pulih dari hal-hal yang tidak menyenangkan yang terjadi dalam kehidupan, dan memelihara kepuasan batiniah.

Laboratorium Richard Davidson adalah salah satu laboratorium yang termaju di dunia untuk melihat bagian dalam otak manusia yang masih hidup. Baru saja ia mendapatkan sokongan yang belum pernah terjadi sebelumnya sebesar 15 juta dolar Kanada antara lain untuk mempelajari apa yang terjadi di dalam otak orang yang sedang bermeditasi.

"Meditasi adalah suatu bentuk praktek yang telah ada sekitar lebih dari 2.500 tahun, yang tujuan utamanya adalah untuk memelihara kualitas-kualitas manusia yang positif, untuk meningkatkan kemajuan dan daya lenting/pulih. Maka kami pikir bahwa meditasi patut dipelajari dengan alat-alat ilmu pengetahuan ilmiah moderen," kata Davidson.

Setahun lebih kemudian pada Mei 2001, Dalai Lama membalas kunjungan ke laboratorium Davidson di Madison, Wis.

Subyek-subjek berharganya - dan teman-teman sekerjanya - adalah para lama, bhikkhu pengikut Dalai Lama.

"Kami percaya para bhikkhu adalah semacam atlet-atlet olimpiade dari latihan mental," kata Davidson. "Mereka adalah individu-individu yang telah berpraktek selama bertahun-tahun. Untuk merekrut individu-individu yang telah melakukan pelatihan pikiran lebih dari 10.000 jam bukanlah sebuah tugas yang mudah dan tidak banyak terdapat individu demikian di planet ini."

Dalai Lama pernah mengatakan jika ia tidak menjadi seorang bhikkhu, ia akan menjadi seorang insinyur teknisi.

Ia membawa kecenderungannya itu - keingintahuan dan disiplin intelektual - pada diskusi tentang EEGs dan fungsional MRI.



Tetapi hal ini sesungguhnya bukan tentang mesin-mesin.

Serta bukan mengenai Nibbana.

Hal ini tentang kehidupan sehari-hari; tentang kesulitan orang-orang biasa - serta suatu dunia yang lebih bijaksana.

"Biaya manusia dan ekonomi sangat dramatis untuk pengobatan penyakit kelainan jiwa di negara-negara industri dunia barat," kata Davidson. "Sampai pada batas bahwa pemeliharaan kebahagiaan guna menurunkan penderitaan tersebut secara mendasar sangat penting."

Bhikkhu dan ahli ilmiah sedang bersama-sama menyelidiki - Seni Kebahagiaan (The Art of Happiness).

"Daripada berpikir mengenai kualitas-kualitas seperti kebahagiaan sebagai suatu sifat," kata Davidson, "Kita seharusnya memikirkan mereka sebagai suatu keahlian, tidak jauh seperti keahlian bersepeda atau ski. Keahlian-keahlian yang dapat dilatih. Saya pikir bahwa dengan jelas kebahagiaan bukan suatu kemewahan bagi budaya kita tetapi suatu kebutuhan."

Tetapi kita percaya kita dapat membeli kebahagiaan hanya jika kita mempunyai uang. Itu adalah apa yang diberitahu oleh industri periklanan. Dan kita pikir hal itu adalah benar.

Teori-teori manusia tentang apa yang akan membuat mereka bahagia seringkali salah. Maka banyak hal di jaman sekarang menunjukkan misalnya bahwa memenangkan lotre akan secara cepat meningkatkan kebahagiaan anda tetapi kebahagiaan itu tidak akan bertahan.

Terdapat beberapa bukti bahwa watak kita kurang lebih dibentuk dari lahir. Maka orang tertentu berwatak murung, yang lainnya berwatak periang - hal yang seperti demikian.

Walaupun pada saat hal-hal menyenangkan atau tidak menyenangkan terjadi, kebanyakan dari kita akhirnya akan kembali ke arah ciri emosional tersebut.

Tetapi Davidson percaya bahwa arah karakter tersebut dapat diubah.

"Pekerjaan kami secara mendasar berfokus pada mekanisme-mekanisme otak apa yang menyebabkan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan emosi ini dan bagaimana mekanisme-mekanisme otak ini dapat berubah karena hasil dari latihan tertentu," kata Davidson.

Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan 20 tahun yang lalu. "Kenyataannya 20 tahun yang lalu kita telah mempunyai angan-angan tentang metode-metode yang anda pergunakan untuk menginterogasi otak dengan cara ini, tetapi kita tidak mempunyai alat untuk mengerjakan hal ini."

Sekarang kita telah mempunyai alat sehingga kita dapat melihat bahwa pada saat emosi-emosi kita surut dan mengalir, begitu juga yang terjadi dengan kimia otak dan aliran darah. Ketakutan, depresi, cinta kasih, mereka semua bekerja pada bagian-bagian yang berbeda dari otak kita.

Kebahagiaan dan semangat tinggi, serta kegembiraan - mereka muncul saat aktivitas pada bagian kiri otak dekat korteks depan meningkat. Kegelisahan, kesedihan - ada pada otak bagian kanan.

Davidson telah menemukan pola ini terjadi pada bayi-bayi berumur 10 bulan, pada para balita, anak-anak belasan tahun dan orang-orang dewasa.

Davidson menguji lebih dari 150 orang biasa guna melihat bagian-bagian mana dari otak mereka yang paling aktif.



Beberapa lebih aktif di bagian kiri. Beberapa lebih aktif di bagian kanan.

Beberapa aktif di bagian otak kanan yang agak jauh. Mereka mungkin yang disebut tertekan. Yang lainnya kecenderungan otaknya cukup jauh ke kiri, orang semacam ini merasa "hidup adalah menyenangkan."



Jadi terjadi pada suatu area tertentu. Selanjutnya Davidson menguji seorang bhikkhu.

Bhikkhu tersebut otaknya begitu jauh ke kiri, ia tidak pada garis. Ia merupakam seorang bhikkhu yang berbahagia.

"Dan hal ini adalah bukti yang agak dramatis bahwa ada sesuatu yang sungguh-sungguh berbeda pada otaknya dibandingkan dengan otak-otak 150 orang lainnya. Ini adalah bukti yang menggiurkan bahwa praktek-praktek meditasi ini sungguh dapat meningkatkan perubahan-perubahan yang berguna bagi otak."

Di sini para atlet olimpiade meditasi bertemu dengan para pemuka pembaca radar.

Khachab Rinpoche, seorang bhikkhu dari Asia, datang ke Madison untuk bermeditasi di tempat yang mungkin paling aneh dalam hidupnya: tempat penelitian MRI fungsional.

Dia mengijinkan para ahli ilmiah melihat apa yang terjadi pada otaknya saat ia mengalihkan perhatian antara jenis-jenis meditasi yang berbeda.

Mereka ingin mengetahui bagaimana otaknya berbeda dengan orang-orang biasa, dan apakah perubahan tersebut berhubungan dengan kepuasan batiniah yang dilaporkan para bhikkhu.

Maka mereka menguji bagaimana para subyek bereaksi pada suara-suara yang tidak menyenangkan dan bayangan-bayangan yang tiba-tiba melintas pada kacamata-kacamata besar yang mereka pakai dalam MRI.

Biasanya saat kita terancam, salah satu bagian otak menjadi aktif secara luar biasa, tetapi yang terjadi pada para bhikkhu, "Tanggapan terhadap ransangan-rangsangan kuat pada indra pendengar akan menimbulkan emosi-emosi kuat, dan reaksi dari daerah ini khususnya berkurang pada saat meditasi," kata Davidson.

Ini adalah hasil yang sangat awal, tetapi implikasi yang mengejutkan kita semua barangkali adalah para lama dapat bertindak melampaui kejadian-kejadian yang menegangkan - dengan kata lain, salah satu kunci menuju kebahagiaan mereka.

Ini dapat memberitahu kita sesuatu tentang potensi kita. "Otak kita dapat beradaptasi, otak kita tidak tetap. Ikatan dalam otak kita tidak ditetapkan. Siapa kita hari ini tidak selalu akan menjadikan kita manusia akhir yang ditentukan," kata Davidson.

Buddhisme Tibet dikatakan sebagai salah satu yang memerlukan usaha-usaha mental yang paling keras di planet ini. Memerlukan 10.000 jam meditasi dan waktu bertahun-tahun dalam pengasingan diri untuk menjadi mahir. Hanya sedikit dari kita yang dapat membayangkan komitmen demikian.

Tetapi itu tidak berarti keuntungan-keuntungan meditasi tidak dapat kita jangkau.

Zindal Segal adalah seorang ahli psikologi di Centre for Addiction and Mental Health (Pusat untuk kecanduan dan kesehatan mental) di Toronto. Ia memakai meditasi untuk menangani ketidakteraturan suasana hati.

Pengobatan tersebut berdasarkan ajaran-ajaran Buddhist dan dinamakan kewaspadaan.


Michael Herman, rekan senior di perusahaan hukum Goodman and Goodman, beliau melakukan meditasi di kantornya.

"Sangat sedikit dari kita dapat duduk selama 10.000 jam, tetapi hal yang menarik adalah kita tidak perlu melaksanakan (duduk selama 10.000 jam) untuk dapat melatih kewaspadaan. Kapasitas-kapasitas tersebut tersedia pada kita semua," kata Segal. "Kita membicarakan tentang perhatian, kita membicarakan tentang mengembalikan pikiran kita ke saat ini. Kita semua mempunyai kemampuan ini. Kita tidak harus meraihnya, kita hanya harus mencari suatu cara menyingkirkan keketidakteraturan guna melihat bahwa kemampuan tersebut memang sudah ada di sana."

Meditasi saat ini telah keluar dari tempat persembunyiannya. Diberitakan bahwa meditasi mengurangi stres, menurunkan tekanan darah, membantu meletakkan hari buruk di kantor dalam perspektif.

Meditasi dijadikan sesuatu yang penting oleh masyarakat utama, dari para pejabat perusahaan sampai ke tingkat-tingkat buruh.

Saat ini jika kita menemukan rumah-rumah sakit seperti St. Joseph di Toronto menawarkan program-program meditasi adalah merupakan hal yang biasa. Sebanyak 360 orang mengambil kursus selama delapan minggu setiap tahun.

Kebanyakan program telah mengambil sistem yang paling mudah dari ajaran Buddhis dan mengadaptasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang sibuk.



"Meditasi adalah suatu keahlian yang dapat dipelajari, dan seperti keahlian apapun, meditasi perlu dilatih. Maka kita memakai pernafasan sebagai langkah awal kita mulai berlatih, tetapi pada akhirnya kita ingin dapat memakai kesadaran akan pernafasan tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari," kata Segal.

"Saat kita mempunyai kemampuan untuk melakukannya, maka selanjutnya kita dapat memakai pernafasan saat kita berbaris di bank, atau jika kita sedang bertengkar dengan pasangan, sebagai cara memusatkan kita pada diri sendiri ketika tengah berada pada situasi yang menganggu."

Sesuatu yang menganggu seperti bayangan pikiran yang tidak dapat dihindari oleh Erin Gammel: di hari saat ia gagal memasuki tim olimpiade.

"Saya hanya ingat bahwa tangan saya menyangkut tali pemisah dan saya berpikir semuanya berakhir," kata Gammel.

Ia kehilangan fokusnya, kehilangan posisinya di tim, dan kehilangan semangatnya untuk berenang.

"Hal itu mempengaruhi seluruh hidup saya. Saya menangisi hal yang kecil. Saya tidak maju dan kelihatannya tidak ada hal apapun yang sungguh-sungguh maju. Dan saya merasa gagal dalam setiap hal yang saya lakukan," katanya. "Itu adalah bagian dari depresi dan kesedihan karena pada waktu itu saya merasa gagal. Tidak ada sesuatu pun yang berjalan dengan baik."



Hingga ia berhubungan dengan ahli psikologi olahraga tim renang nasional bernama Hap Davis. Davis kagum oleh hasil karya ahli ilmu ilmiah Richard Davidson.

Ia mempunyai dugaan bahwa mengingat kembali pengalaman yang menyedihkan tersebut menekan otak bagian kiri Erin, bagian yang sangat aktif pada orang-orang bahagia dalam penemuan Davidson.

Ia memikirkan suatu perencanaan bantuan - meditasi pernafasan yang harus Erin lakukan sebelum dan sesudah menonton video secara berulang.

"Jika seseorang dapat memusatkan pikiran pada diri mereka sendiri dan merasa berpusat pada meditasi pernafasan, mereka dapat mencapai titik dimana mereka dapat melihat dan memandang suatu kejadian dengan pikiran yang kritis, dengan pikiran yang terbuka pada apa yang dialami dan melihat apa yang terjadi dengan obyektif," kata Davis.

"Anda mengetahui apa yang dirasakan pada saat pertandingan. Rasanya seperti saya benar-benar berhenti dan mati. Tetapi dalam rekaman video yang kemudian saya tonton hanya kelihatan seperti suatu gangguan kecil. Hal itu tidak berarti lagi."

Telah lebih dari dua tahun sejak mereka memerlukan mempelajari rekaman tersebut - karena meditasi tersebut berhasil. Kesenangan Erin akan renang telah kembali; ia memenangkan pertandingan berkali-kali.

"Secara emosional, ia menjadi lebih tahan banting. Secara emosional ia lebih stabil, dalam hal prestasi ia lebih konsisten," kata Davis.

"Meditasi tidak harus tentang kebahagiaan tetapi dapat membuat anda menjadi lebih bahagia. Saya kira itu yang dapat anda katakan tentang meditasi. Dan saya merasa lebih percaya diri. Saya tahu bagaimana melakukan dan menyelesaikan hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup saya," kata Gammel.

Terdapat satu pertandingan lagi yang harus dimenangkan - latihan-latihan agar masuk tim menuju Athena.

"Ini adalah tahunku. Itu yang terus saya katakan pada setiap orang. Ini adalah tahunku untuk masuk ke tim Olimpiade karena setelah melalui semuanya ini, saya tahu itulah yang akan terjadi," katanya.

"Meditasi telah ada selama 2.500 tahun, maka hal ini bukan seperti praktek baru," kata Davis. "Tetapi ilmu pengetahuan ilmiah sedang mengejar tradisi tua tersebut dan bukti-bukti menjadi jelas bahwa meditasi dapat merubah sistim kimia otak atau aliran darah di otak."

Dan sekarang terdapat bukti bahwa meditasi dapat merubah otak orang-orang pada umumnya dan membuat mereka lebih sehat.

Promega adalah sebuah perusahaan biotehnologi di Madison, Wis., dimana para peneliti dari Brain Imaging Lab (Laboratorium Bayangan Otak) merekrut para pekerja yang tertekan - staf kantor, para manager, bahkan ahli penelitian ilmiah yang ragu bernama Mike Slater.

"Semuanya serba kacau dan gila. Kami mempunyai seorang yang baru dilahirkan. Kami mengalami tiga kematian dalam satu keluarga. Maka saat ini adalah waktu yang sangat sibuk," kata Slater.

Semua aktivitas dalam otak subyek diukur - termasuk Mike Slater - dan diberi delapan minggu kursus meditasi.

Selanjutnya setiap orang - para meditator dan pengontrol - mendapatkan suntikan flu, dan otak mereka diukur kedua kalinya.

Aktivitas otak para meditator telah berubah ke bagian kiri yang bahagia. Mike Slater bahkan hampir terlalu berhasil.



"Saya cukup bahagia setiap saat dan saya khawatir mungkin saya menyembunyikan beberapa hal yang mungkin sungguh-sungguh menjengkelkan saya, maka saya menghentikannya dan istri saya memperhatikan terdapat peningkatan dalam kejengkelan saya, maka perlu anda ketahui saya sekarang telah mempunyai dua sisi pengalaman. Meditasi menenangkan saya dan saya berhenti melakukannya dan meningkatkan kejengkelan saya," kata Slater.

Tidak hanya itu, sistim kekebalan tubuh mereka meningkat.

"Para individu dalam grup meditasi yang menunjukkan perubahan terbesar dalam aktivitas otak juga menunjukkan perubahan terbesar dalam fungsi kekebalan tubuh, ini menunjukkan bahwa semuanya berhubungan erat," kata Davidson.

Davidson dan timnya telah menunjukkan meditasi tidak hanya dapat mengubah suasana hati - tetapi juga aktivitas otak dan kekebalan tubuh orang-orang pada umumnya.

Dan mereka telah menjawab suatu kekurangan yang mungkin terjadi dalam studi terhadap para bhikkhu.

"Seseorang mungkin berkata individu-individu ini memang awalnya demikian. Mungkin hal itu yang menyebabkan mengapa mereka tertarik untuk menjadi bhikkhu," kata Davidson. "Maka kita sebenarnya tidak dapat menjawab berdasar data tersebut, tetapi dengan studi Promega, kita dapat mengatakan dengan pasti bahwa hal itu pasti berhubungan dengan campur tangan yang telah kita sediakan."

Terdapat alasan-alasan untuk percaya bahwa langkah tidak wajar dan banyaknya gangguan dalam kehidupan sehari-hari dapat membahayakan kesehatan pikiran dan tubuh kita.

Kita tidak dapat memencet tombol penundaan pada dunia yang sibuk dan kita tidak dapat keluar darinya.

Tetapi mungkin meditasi adalah suatu cara untuk mendorong sebuah perasaan kesejahteraan - sebuah nafas yang dalam di tengah angin kencang.

"Seperti yang dikatakan sendiri oleh Dalai Lama dalam bukunya The Art of Happiness (Seni Kebahagiaan), kita mempunyai kemampuan untuk merubah diri kita sendiri karena memang sifat, struktur dan fungsi dari otak kita," kata Davidson. "Dan itu adalah pesan yang penuh harapan karena saya pikir hal itu menanamkan keyakinan manusia bahwa terdapat hal-hal yang dapat mereka lakukan untuk membuat mereka sendiri lebih baik."

Sumber : http://www.cbc.ca/news/background/meditation/
Penerjemah : Jenny H., Surabaya

Dikutip dari:http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=776&multi=T&hal=0

http://www.facebook.com/kesaksianbuddhis

Meditasi Menyelamatkan Hidup Saya


Bagaimana Meditasi Menyelamatkan Hidup Saya
Oleh Michal Levin

Meditasi adalah hal yang sangat misteri, seperti pintu menuju ke realitas lain, realitas yang selalu ada tetapi tidak dapat dilihat. Selama bertahun-tahun saya tidak mengetahui apapun tentang meditasi, dan tidak peduli. Tetapi saat mencari sesuatu yang lain, saya menemukannya secara kebetulan.

Dengan keluarbiasaan dan kekuatan tersembunyinya, meditasi menjadi jalan yang menuntun saya ke dunia yang lebih luas dan dalam - atau ke pencapaian lebih jauh dari dunia ini. Meditasi adalah jalan yang menuntun saya ke dalam diri saya (yang paling dalam). Saya belajar teknik ini saat saya tidak mempunyai pikiran bahwa ini adalah suatu hal yang memungkinan. Saya adalah seseorang yang mampu, peduli, tanggung jawab dan prihatin terhadap orang lain. Saya mengasuh anak-anak saya, mengejar karir saya (sebagai seorang wartawan meliputi peristiwa-peristiwa terkini di televisi), bersedih atas kegagalan pernikahan saya, berteman dengan kawan-kawan, pergi ke pesta-pesta .... dan memasuki jurang batiniah yang dalam sekali. Saya tidak melihat jalan keluar.

Saya melihat sinar yang berada jauh diatas saya, tetapi tidak mengetahui bagaimana mencapainya. Selama berbulan-bulan, ketidakpahaman saya bertambah dalam. Sangat susah mengatakan apa yang salah. Hidup tidak ada artinya. Segalanya tidak cukup, tetapi juga terlalu berat. Saya tidak tahu apa yang saya hendaki. Tidak sabar dan membingungkan seperti seorang anak pemarah.

Suatu sore hari saya memutuskan untuk mencoba meditasi - untuk membuktikan bahwa meditasi tidak cocok buat saya. Malam sepuluh tahun yang lalu itu merubah hidup saya. Realitas lain membuka dan merangkul saya. Pada bulan-bulan berikutnya saya dipaksa mengenali intuitif saya (beberapa memakai kata "psychic" yang tidak saya sukai) dan kemampuan-kemampuan penyembuhan. Saya diajar oleh dunia dalam (diri) - atau apakah merupakan sesuatu di luar saya atau perluasan diri? - guna melihat kualitas yang hanya dapat saya namakan "energi". Selanjutnya saya belajar memahami arti dari apa yang dapat saya lihat. Saya mendapatkan sebuah pemahaman yang lebih dalam dan seringkali berbeda tentang orang-orang, kejadian-kejadian dan dunia. Dan saya juga berubah. Paling penting, saya menemukan sebuah pemahaman dan pengalaman tentang cinta kasih yang mencakup etika-etika, moralitas dan kebenaran.

Meditasi juga membawa sesuatu yang hanya dapat saya namakan "suatu kesadaran". Saya bukan seorang Buddhist, tetapi seorang Lama tinggi Tibet yang pertama kali bersikeras bahwa saya mempunyai suatu anugrah. Orang-orang segera mulai mencari saya untuk konsultasi. Jumlah mereka bertambah dengan cepat. Orang-orang profesional - para ahli psikoterapi, orang-orang busines, para seniman kreatif, guru-guru, para spesialis IT, bahkan para selebriti - juga mereka dari berbagai lingkungan hidup memenuhi buku harian saya, dan membuat daftar tunggu. Sejak itu kemampuan saya memahami dan bekerja dengan energi bertambah terus menerus.
Tiga tahun setelah bekerja sebagai seorang intuitif, saat mengajar satu grup meditasi, saya melihat energi saya sendiri, sesuatu yang jarang terjadi. Saya melihat sebelah kanan tubuh saya seperti gelap, dan daerah tergelap berada di kepala saya. Dari kenyataan yang tertanam mendalam, saya mengetahui bahwa saya dapat menghilangkan warna gelap itu dengan mencurahkan sinar penyembuhan, tetapi warna gelap itu segera kembali. Warna gelap itu pasti sesuatu yang telah berada dalam tubuh saya, dan saya tidak dapat menghilangkannya dengan energi penyembuhan saja.

Saya melihat beberapa dokter alternatif dan ortodoks. Tidak seorangpun dapat menjelaskan kondisi saya atau menemukan ketidak beresan apapun dengan saya. Mereka memberikan penjelasan yang saya ketahui salah: effek dari hepatitis, suatu masalah spiritual, pengisian mercuri, keletihan disebabkan kuman virus.

Saat saya merasakan kematian telah dekat (walaupun tidak seorangpun setuju), suara dalam meditasi saya menunjukkan saya ke tempat kelahiran saya, Afrika Selatan. Suara itu memerintahkan saya mencari dokter di sana yang dikenal sebagai "the rose grower". Saya menemukan dia dan di kantor rumah sakitnya, dokter itu menemukan sesuatu di sebelah kanan otak saya yang dicurigai sebagai tumor. Penemuannya terbukti benar. Saya mempunyai beberapa minggu untuk hidup, paling bagus beberapa bulan.

Segera setelah penemuan itu, tumor itu diangkat di Los Angeles. Hidup saya tertolong, tetapi dengan satu harga. Satu sisi pendengaran saya hilang dan syaraf muka saya terluka parah, dengan semua konsekwensinya: satu mata tidak dapat ditutup, separuh mulut tidak dapat bergerak, kehilangan rasa, dan lebih banyak lagi. Akan tetapi seluruh waktu, meditasi dan realitas (yang saya dapatkan melalui meditasi) membuat saya bertahan. Dalam beberapa bulan berikutnya, kemampuan saya bekerja dalam suatu kapasitas intuitif menjadi lebih kuat.

Tetapi, bentuk kerja saya berubah dan batas pemahaman saya bertambah luas. Beberapa tahun selanjutnya, penyembuhan pada fisik saya mengalamai kemajuan secara perlahan-lahan, terus menerus dan sukses. Tumor saya diangkat dengan pisau bedah, tetapi tidak satu saatpun saya melepaskan praktek spiritual saya. Dengan demikian saya mengalami suatu mujijat, dan terus berlangsung demikian. "Kesadaran" terus menerus menjaga saya melalui saat tergelap dan menyentuh saya. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menunjukkan saya keindahan langit di pagi hari, keindahan jalan sunyi di malam hari, atau kerimbunan rumput liar yang dijumpai di trotoar retak. "Kesadaran" tiada henti membantu saya untuk belajar dan memahami (dengan mengalaminya) bagaimana semua mahkluk adalah bagian dari satu sama lain dan alam semesta. Meditasi adalah awal dari segalanya.

-----------------------------------------------------------------------

Michal Levin tinggal dan bekerja di London, di sana ia memberikan kursus-kursus intuitif dan mengajar grup-grup. Ia juga mengadakan perjalanan jauh setelah dua anaknya dewasa, dan senang menerima undangan-undangan untuk mengajar di mana saja ia diundang. Ia telah menulis tiga buku: The Pool of Memory, The Autobiography of An Unwilling Intuitive (Gill and MacMillan, 1998), yang memperincikan banyak petualangan termasuk kalachakra dengan Yang Mulia Dalai Lama, Spiritual Intelligence (Hodder and Stoughton, 2000), dan Meditation, Path to The Deepest Self (DK, 2002).

Keterangan karyanya lebih lanjut, lihat website: www.MichalLevin.com

Diterjemahkan dari : How Meditation Save My life
Diterbitkan oleh : Majalah "Eastern Horizon", May-August 2002, issue no. 8
Alih bahasa : Jenny, Surabaya

Sumber:http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=165&multi=T&hal=0

Friday, April 16, 2010

Meditation on the Brain Surface thicken



Meditation on the Brain Surface thicken

Jakarta, Kompas, Monday, 14 November 2005

Scientists have learned that meditation may make the shape of the brain tend to be permanent. But a new study shows key parts of the brain was even more bold if someone runs this activity.

Brain scan of some people who meditate regularly revealed a thickness changes in the cortex (surface) associated with sensing, voice recognition and image, including the internal perception, such as monitoring heartbeat or breathing.

The study also showed that meditation
regular thinning of the cortex may also slow down the front
influenced age.

"The most surprising to me, was the practice of meditation can change the gray part of the brain," said research team member Jeremy Gray, an assistant professor of psychology at Yale.

Part of the brain that are often found to change due to the activities of meditation
generally is a right hemisphere regions. This region is mainly plays
important role in the process of continuous attention. Temporary, the focus of attention is one of meditation.

The researchers speculate that other forms of yoga and meditation have
similar effects on brain structure. But, any form
activity would provide a change in the cortex, which slightly
different, depending on the mental exercises they experienced.

Subjects studied are the people who have jobs and
family. They just meditated on average 40 minutes each day and
should not be a monk. The study only involved 20 people who
fully trained intensively Buddhist way of meditation.
Nevertheless, the researchers stated that the results can be
trusted.

This research was led by Sara Lazar, assistant psychology from
Massachusetts General Hospital. Own research results described
in the November edition of the journal NeuroReport.


Source: LiveScience.com
Authors: Wah

http://www.kompas.co.id/teknologi/news/0511/14/113653.htm

Source: http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=873&multi=T&hal=0

Meditasi Mempertebal Permukaan Otak

Jakarta, Kompas, Senin, 14 Nov. 2005

Para ilmuwan telah mengetahui bahwa meditasi mungkin membuat bentuk otak cenderung permanen. Tapi, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bagian-bagian penting otak justru semakin tebal jika seseorang menjalankan aktivitas ini.

Pemindaian terhadap otak beberapa orang yang melakukan meditasi secara rutin memperlihatkan adanya perubahan ketebalan di bagian cortex (permukaan) yang berhubungan dengan penginderaan, pengenalan suara dan gambar, termasuk persepsi internal, misalnya pemantauan detak jantung atau napas.

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa meditasi yang dilakukan
secara rutin mungkin juga memperlambat penipisan cortex bagian depan
yang dipengaruhi umur.

"Yang paling mengejutkan saya, latihan meditasi ternyata dapat mengubah bagian abu-abu pada otak," kata anggota tim peneliti Jeremy Gray, seorang asisten profesor psikologi di Yale.

Bagian otak yang sering ditemukan berubah karena aktivitas meditasi
umumnya adalah daerah belahan kanan. Wilayah ini terutama memainkan
peranan penting dalam proses perhatian yang berkesinambungan. Sementara, perhatian adalah salah satu fokus dari meditasi.

Para peneliti menduga bentuk lain dari yoga dan meditasi memiliki
pengaruh yang mirip terhadap struktur otak. Tapi, setiap bentuk
aktivitas tentu memberikan perubahan pada bagian cortex yang sedikit
berbeda, tergantung latihan mental yang dialaminya.

Subjek yang diteliti adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan dan
keluarga. Mereka hanya bermeditasi rata-rata 40 menit setiap hari dan
tidak harus menjadi rahib. Penelitian hanya melibatkan 20 orang yang
seluruhnya memperoleh pelatihan cara meditasi Buddha secara intensif.
Meskipun demikian, para peneliti menyatakan bahwa hasilnya dapat
dipercaya.

Penelitian ini dipimpin oleh Sara Lazar, asisten psikologi dari
Massachusetts General Hospital. Hasil penelitiannya sendiri dijelaskan
dalam jurnal NeuroReport edisi November.


Sumber: LiveScience.com < http://www.livescience.com/ >
Penulis: Wah

http://www.kompas.co.id/teknologi/news/0511/14/113653.htm

Sumber: http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=873&multi=T&hal=0

Titiek Puspa, Cured of Cancer After Meditation



Titiek Puspa, Cured of Cancer After Meditation


"Cervical cancer or cancer of the cervix is very afraid of women, because it can cause death. In the world, found 493,243 new cases of cervical cancer each year. Of that amount, who died around 273,505, with an estimated 80 percent occur in developing countries."

IN 2002, in Indonesia there are 15,050 cases, about 7566 of them died. Noted that Indonesia is ranked first after the Philippines, Vietnam, Thailand, Myanmar, Cambodia, Malaysia, Singapore, Laos, and Brunei.

Cervical cancer generally (99.7 percent) due to infection Human papilloma virus (HPV), which grows and develops slowly. Initially, the HPV virus into the cell cervix. These cancers can be prevented by papsmear examination for early detection of cervical cell changes in the direction normal to pre-cancerous cells.

This cancer can strike anyone and any age. As experienced by the legendary singer and composer Titiek Puspa. Encountered after undergoing intensive treatment at Mount Elizabeth Hospital in Singapore since December 13, 2009, suffering from cervical cancer stage 2, Titiek Puspa seemed cheerful, even in a state of grief. Women who are now aged 72 years without telling the beginning of the load when the disease is lodged in his body.

Looks a little different than usual. She was more fertile than before the verdict was sick. "It weighs 11 pounds added. Many of my meals there, "said Titiek who now weighs 77 kilograms to the Indonesian Monitor.

He admitted, initially, feels pain in his stomach because of menopause. But, the longer felt there was something less tasty. Apparently, the results of physician examination, Titiek cervical cancer. He also faced with difficult choices, which is operating with the risk of losing her female organs. "Take it. For me it's okay, we do not have the need anymore, "said the girl eyeing movie role was Hamlet.

During their stay in Singapore, he claimed, only two activities, ie back and forth to the hospital from Monday until Friday, while Saturday and Sunday rest. "Stoned, too, was exhausted. No longer able to roads, "said Titiek.

In Singapore, Titiek underwent four stages of chemotherapy and radiation 28 times along with other supporting processes. And, when undergoing a second kemotherapi, Titiek almost desperate. Because of tremendous pain, to cry and ask to be picked up. "I think it would finito (finished, red). But, after that, normal again, "he said.

Women who were born in South Kalimantan on 1 November 1937 to admit the thought had died. He also remembered times past, because he was already 55 years wrestling in the world of music. "So, perhaps out sick," exhausted "me too. Not him, for the pain, even gave birth to the song again. That is, that all these 60 songs, "he said.

During treatment, Titiek create about 60 songs in the form of notation. Four of them had completed the song lyric. "So, I even feel a new dibangunin God. 'You do not sleep alone. Come on, wake up, "explained Titiek.

Make 60 songs in such a short time became a separate record for Titiek. "Before I was sick, really want to make a concert 55 years on stage. But, subject to (cancer), the continued delay. Sent sick. May be 56 years or 57 years deh on stage, "he said.

Although the most severe risk occurred, Titiek never despair. He continues to struggle to recover. Apparently, Titiek was able to pass through it and still given the treatment longevity. The couple's daughter, Siti Mariam Tugeno Puspowidjojo and then think, if he still needed a lot of people in the world.

Even when convicted has cancer, he was not surprised. Because, there is a history of descent from his father and brother who also has cancer. For Titiek, just need to think clearly for the purpose of his life, because life is not to complain. "Do what can be done with full force, mind, moral, and material. If we use it all, nature will support, "said Titiek.

Currently Titiek actually get the program an additional form of healing meditation. "So, my daughter, Patty, have a friend who can recover from paralysis due to stroke. Though doctors did not find illness, until he could be mad. But through meditation, he recovered, "said Titiek.

Until now, Titiek already undergone eight out of 13 times of meditation that must be endured. Meditation is done every day in two stages. Lunch for two hours, three hours a night. Tonight, meditation after six o'clock.

The training of breathing, then tongues are bent upwards. Next, close your eyes, sitting cross-legged, and may not move or lean. Breathing exercises can not be done haphazardly. For example, after a breath, exhaled breath may not be until the sound to the ear.

Apparently, after undergoing meditation, the point is often claimed that her stomach hurt when looking down, now is not anymore. So, when he wanted to go to the toilet, he had to drink a laxative. Now no longer necessary, pass on their own feces. "In fact, my vision got blurry, can already see the light," he explained.

After 13 times of meditation under the guidance of instructors, meditation Titiek will own until about six months, so that conditions are perfect. He also restrict food. One of them, do not eat red meat and seafood, and drinking carbonated beverages.

Authors: Thantri Kesumandari

TEN TIPS TO AVOID CANCER

1. Stop Smoking
Smoking is the leading cause of lung cancer and nearly 30 percent of other cancers. Smoking during pregnancy dangerous for the baby was conceived.

2. Avoid Sun Rays
Excessive sunlight causes skin damage and skin cancer. Protect skin with sunscreen cream (sunscreen cream), use long-sleeved shirt and a hat or umbrella, especially when the hot sun.

3. Reduce Fat Content in Food
High fat causes the risk of colon cancer, prostate and breast. Control your weight with a balanced diet and exercise will reduce the risk of cancer.

4. Expand fiber foods
Wheat, rice, vegetable and fruits are good sources of natural fibers and protect against colorectal cancers.

5. Reduce consumption of smoked foods, Burned and Preserved by Nitrite
Oesofagus and gastric cancer is more common in countries where people eat a lot of smoke, or preserved with nitrites. In baked foods also contain substances that are at risk of cancer.

6. Choose Foods That Contain Vitamin A and Lots C
Natural Vitamins and other essential substances contained in vegetables and fruits can protect us from cancer oesofagus, larynx, stomach, and lung.

7. More Consumption of Vegetables Cabbage Group
Cabbage, broccoli, cauliflower, bok choy, and kale can protect against gastric cancer, colorectal cancer and respiratory tract.

8. Avoid Alcohol
The risk of getting cancer of the liver and the stomach will increase. Smoking is accompanied by drinking alcohol would increase the risk for the occurrence of very large cancers of the mouth, throat, larynx oesofagus dams.

9. Go Yourself Organized
Regular health checks are a wise step. If feel there is a change in the body, see a doctor.

10. Live a balanced pattern
Eat adequate and balanced nutrition, a balanced use of time between work, rest, recreation and sports, and always approach God may reduce risk of cancer.



Source:

http://www.indonesia-monitor.com/main/
index.php? option = com_content & task = view & id = 4231 &
Itemid = 69 & mosmsg = Thank + you + for + participation + you!

Quoted from: http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1448&multi=T&hal=0

Titiek Puspa, Sembuh dari Kanker Setelah Meditasi


"Kanker serviks atau kanker leher rahim sangat ditakuti wanita, karena bisa menyebabkan kematian. Di dunia, ditemukan 493.243 kasus baru kanker serviks setiap tahunnya. Dari jumlah itu, yang meninggal dunia sekitar 273.505, dengan estimasi 80 persen terjadi di negara berkembang."

PADA 2002 lalu, di Indonesia terdapat 15.050 kasus, sekitar 7.566 orang di antaranya meninggal dunia. Tercatat bahwa Indonesia menempati urutan pertama setelah Philipina, Vietnam, Thailand, Myanmar, Kamboja, Malaysia, Singapura, Laos, dan Brunai.

Kanker serviks umumnya (99,7 persen) disebabkan infeksi Human Papiloma Virus (HPV), yang tumbuh dan berkembang secara perlahan. Awalnya, virus HPV masuk ke dalam sel mulut rahim. Kanker ini bisa dicegah dengan cara pemeriksaan papsmear untuk mengetahui secara dini perubahan sel di mulut rahim yang normal ke arah sel-sel pra kanker.

Kanker ini bisa menyerang siapa pun dan usia berapa pun. Seperti yang dialami penyanyi sekaligus komposer legendaris Titiek Puspa. Ditemui pasca menjalani pengobatan intensif di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura sejak 13 Desember 2009, karena menderita kanker rahim stadium 2, Titiek Puspa tampak ceria, meski dalam keadaan duka. Wanita yang kini berusia 72 tahun itu tanpa beban ketika menceritakan awal mula penyakit tersebut bersarang di tubuhnya.

Penampilannya sedikit berbeda dari biasanya. Tubuhnya lebih subur dibanding sebelum divonis sakit. “Beratnya nambah 11 kilogram. Banyak makan saya di sana,” ungkap Titiek yang kini berbobot 77 kilogram tersebut kepada Indonesia Monitor.

Dia mengaku, awalnya, sakit yang dirasakan di perutnya itu karena menopause. Tapi, semakin lama terasa ada sesuatu yang kurang enak. Ternyata, dari hasil pemeriksaan dokter, Titiek mengidap kanker rahim. Ia pun dihadapkan pada pilihan sulit, yakni operasi dengan risiko kehilangan organ kewanitaannya. “Ambil saja. Buat saya gak apa-apa, gak ada perlunya lagi,” kata pemeran film Minati Gadis Dusun ini.

Selama berada di Singapura, ia mengaku, aktivitasnya hanya dua, yakni bolak-balik ke rumah sakit sejak Senin sampai Jumat, sedangkan Sabtu dan Minggu istirahat. “Teler juga, kecapekan. Gak bisa lagi jalanjalan,” kata Titiek.

Di Singapura, Titiek menjalani empat kali tahap kemoterapi dan 28 kali radiasi beserta proses penunjang lain. Dan, saat menjalani kemotherapi kedua, Titiek hampir putus asa. Karena merasakan sakit luar biasa, sampai menangis dan minta digendong. “Saya kira mau finito (finish, red). Tapi, habis itu, biasa lagi,” ungkapnya.

Perempuan yang lahir di Kalimantan Selatan pada 1 November 1937 tersebut mengaku sempat muncul pikiran akan meninggal. Ia pun mengingat masa-masa lalunya, karena sudah 55 tahun ia bergelut di dunia musik. “Jadi, mungkin habis sakit, “habis” juga saya. Nggak tahunya, selama sakit itu, malah melahirkan lagu lagi. Itu, yang 60 sekian lagu,” ungkapnya.

Selama berobat, Titiek menciptakan sekitar 60 lagu dalam bentuk notasi. Empat lagu di antaranya sudah dilengkapi syair. “Jadi, saya malah merasa baru dibangunin Tuhan. ’Kamu jangan tidur saja. Ayo, bangun,” papar Titiek.

Membuat 60 lagu dalam waktu sesingkat itu akhirnya menjadi rekor tersendiri bagi Titiek. “Sebelum sakit, sebetulnya mau bikin konser 55 tahun di atas panggung. Tapi, kena (kanker) itu, terus diundur. Disuruh sakit dulu. Mungkin jadi 56 tahun saja deh atau 57 tahun di atas panggung,” ucapnya.

Meski terpikir risiko paling parah, Titiek tidak pernah putus asa. Dia terus berjuang untuk sembuh. Ternyata, Titiek memang sanggup melewati pengobatan itu dan masih diberi usia panjang. Putri pasangan Tugeno Puspowidjojo dan Siti Mariam tersebut kemudian berpikir, apakah dirinya masih dibutuhkan banyak orang di dunia.

Bahkan, ketika divonis mengidap kanker, dia pun tidak kaget. Sebab, ada riwayat keturunan dari ayahnya dan kakak kandungnya yang juga mengidap kanker. Bagi Titiek, hanya perlu berpikir jernih untuk tujuan hidupnya, karena hidup bukan untuk mengeluh. “Kerjakan apa yang bisa dikerjakan dengan sepenuh tenaga, pikiran, moral, dan material. Kalau kita pakai semua itu, alam akan mendukung,” ujar Titiek.

Saat ini Titiek justru mendapatkan program penyembuhan tambahan berupa meditasi. “Jadi, anak saya, Petty, punya teman yang bisa sembuh dari lumpuh akibat stroke. Padahal dokter tidak menemukan penyakitnya, sampai dia sempat akan gila. Namun melalui meditasi itu, dia sembuh,” ungkap Titiek.

Sampai saat ini, Titiek sudah menjalani delapan dari 13 kali meditasi yang harus dijalani. Meditasi dilakukan setiap hari dalam dua tahap. Siang dua jam, malam tiga jam. Malam, meditasi setelah pukul enam sore.

Latihannya berupa pernapasan, kemudian lidah ditekuk ke atas. Selanjutnya, memejamkan mata, duduk bersila, serta tidak boleh bergerak maupun bersandar. Latihan pernapasan tersebut tidak bisa dilakukan sembarangan. Misalnya, setelah menarik napas, napas yang dihembuskan tidak boleh sampai terdengar ke telinga.

Ternyata, setelah menjalani meditasi tersebut, Titik mengaku perutnya yang seringkali sakit jika menunduk, kini sudah tidak lagi. Begitu juga apabila ia ingin ke toilet, ia harus minum pencahar. Sekarang tidak perlu lagi, kotorannya keluar dengan sendirinya. “Bahkan, penglihatan saya yang sempat buram, sudah bisa melihat terang,” jelasnya.

Setelah 13 kali meditasi di bawah arahan instruktur, Titiek akan meditasi sendiri sampai sekitar enam bulan, agar kondisinya sempurna. Dia juga membatasi makanan. Salah satunya, tidak mengonsumsi daging merah dan seafood, serta meminum minuman yang bersoda.

Penulis : Thantri Kesumandari

SEPULUH KIAT MENGHINDARI KANKER

1. Berhenti Merokok
Merokok penyebab utama kanker paru dan hampir 30 persen kanker lainnya. Merokok saat hamil berbahaya bagi bayi yang dikandung.

2. Hindari Sinar Matahari
Sinar matahari berlebihan menyebabkan kerusakan kulit dan kanker kulit. Lindungi kulit dengan krim tabir surya (sunscreen cream), gunakan baju berlengan panjang dan topi atau payung terutama saat terik matahari.

3. Kurangi Kadar Lemak dalam Makanan
Lemak tinggi menyebabkan risiko terkena kanker kolon, prostate dan payudara. Mengontrol berat badan dengan diet seimbang dan olahraga akan mengurangi resiko terkena kanker.

4. Perbanyak Makanan Berserat
Gandum, beras, sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat alami yang baik dan melindungi dari kanker kolorektal.

5. Kurangi Konsumsi Makanan yang Diasap, Dibakar dan Diawetkan dengan Nitrit
Kanker oesofagus dan lambung lebih sering dijumpai di negara yang penduduknya banyak mengonsumsi makanan yang diasap maupun diawetkan dengan nitrit. Dalam makanan yang dibakar juga mengandung zat yang berisiko kanker.

6. Pilih Makanan yang Banyak Mengandung Vitamin A dan C
Vitamin alami dan zat penting lain yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan dapat melindungi kita dari kanker oesofagus, laring, lambung, dan paru.

7. Konsumsi Lebih Banyak Sayuran Golongan Kubis
Kol, brokoli, bunga kol, bok choy, dan kale dapat melindungi dari kanker lambung, kolorektal dan kanker saluran nafas.

8. Hindari Minuman Beralkohol
Risiko mendapat kanker hati dan lambung akan meningkat. Merokok disertai minum alkohol akan meningkatkan resiko yang amat besar untuk terjadinya kanker mulut, tenggorokan, laring dam oesofagus.

9. Periksakan Diri Anda Secara Teratur
Pemeriksaan kesehatan secara teratur adalah langkah yang Bijak. Apabila merasa ada perubahan dalam tubuh, segera temui dokter.

10. Pola Hidup yang Seimbang
Makan yang cukup dan seimbang gizi, penggunaan waktu yang seimbang antara bekerja, istirahat, rekreasi dan olahraga, serta selalu mendekatkan diri pada Tuhan dapat mengurangi risiko timbulnya kanker.

Sumber :

http://www.indonesia-monitor.com/main/
index.php?option=com_content&task=view&id=4231&
Itemid=69&mosmsg=Terima+kasih+atas+partisipasi+Anda!

Dikutip dari: http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1448&multi=T&hal=0

Meditation Gives Brain Energy on



Research Finding:
Meditation Gives Brain Energy on

By Marc Kaufman
Staff Writers 'Washington Post'
Monday, January 3rd 3, 2005; Page A05

Research areas of the brain begins to produce tangible evidence of meditation. This evidence is maintained by the practitioners of Buddhist meditation for centuries that the mental exercises and meditation practice can change the workings of the brain and allow people to achieve levels of consciousness are different.

The conditions have changed the traditionally understood in terms of extraordinary, as something beyond the material world of measurement and objective evaluation. But over the past few years, researchers at the University of Wisconsin working with Tibetan monks have been able to translate those mental experiences into the scientific language of high-gamma waves and brain synchrony, or coordination. Furthermore, they have found the right target at the front of the left brain, the area directly behind the left forehead, as areas where brain activity is particularly closely associated with meditation

"What we found is that the practitioners who have long practiced the movement of the brain showed a scale we have never seen before." Said Richard Davidson, a professor of neural science in the laboratory for imaging brain function and behavior. New laboratory worth $ 10 million owned univeresitas Nick was named WM. "Their mental practice has the same effect on the brain, such as golf or tennis practitioners who will help the ability to compete / play." He said, this also shows that the brain can be trained and physically able to be changed in ways that can be imagined by some people.

Scientists used to believe the opposite - that connections among brain nerve cells have been defined at the beginning of life and can not be changed in adulthood. But such an assumption is rejected, for decades this year with the help of brain imaging and other advanced techniques. And in accordance with these advances, scientists have embraced the concept of ongoing brain development and "nerve malleable"

Davidson said the latest results from the meditation study, published in the Minutes of the meeting of the National Academy of Sciences in November, bringing the concept of "nerves are easily formed" another step further by showing that mental training through meditation (and possibly other practices) with itself can alter the work in the brain and brain streams.

New discoveries are the result of a long collaboration between Davidson and Tibet's Dalai Lama, world-renowned practitioner of Buddhism. The Dalai Lama first invited Davidson to his home town of Dharamsala, India in 1992 after he knew about Davidson renewal of research in neural science of emotions. The Tibetans have a centuries old tradition to perform intensive meditation and the Dalai Lama since the beginning so that Davidson could have an interest in scientific investigation about how the thoughts of the monks who were meditating. Three years ago, the Dalai Lama spent two days visiting Davidson's lab.

Dalai Lama finally sent eight of the most skilled practitioners of meditation to Davidson's lab so they paired / connected with the testing of electroencephalograph (EEG) and brain imaging. The practitioners of Buddhist meditation in the experiment have been doing meditation exercises with the Tibetan tradition and Kagyuga Nyingmapa for about 10.000 to 50.000 hours, for 15 to 40 years. As a control, 10 student volunteers who have never done meditation was also tested after one week of training.

The monks and volunteers are paired with a net with 256 electrical sensors and asked to meditate in the short term. Thinking and other mental activities known to generate a bit (but can be found) bursts of electrical activity when a large group of neurons send messages to each other, and that is what is read by the sensors. Davidson is particularly interested in measuring gamma waves, electrical brain waves of the most frequent and most important.

Both groups were asked to meditate, especially meditation love without limit. Buddhist teachings describe the condition as "unlimited readiness and willingness to help the living" where the condition is the essence of the teachings of the Dalai Lama. The researchers chose that focus because it does not require concentration on objects, memories or certain images and maintain a state of mind without having to change them.

Davidson said the results show clearly that moving meditation thoughts of monks trained in a way that is clearly different than those of volunteers. Most important, the electrodes read fast movement of the much larger and gamma waves are very strong in the monks and found that the movement of waves through the brain is much more organized and coordinated than in the students. Pupils who are not experienced only showed a slight increase in gamma wave activity while meditating, but some monks produce wave activity more powerful than healthy people who had previously reported, says Davidson.

Monks who had practiced meditation longest have the highest levels of gamma waves. He added. "Reaction doses" of this - where the levels of a drug or a higher activity have greater effect than lower levels - is what is sought by the investigators to assess the causes and effects.

In previous studies, mental activities such as focus, memory, learning and consciousness associated with slightly increased neural coordination found in the monks. Powerful gamma waves found in the monks have also been linked with each other streams bersambungnya different brain, then also associated with higher mental activity and higher consciousness.

Davidson's research, according to research that focuses initially on the left front area of the brain as a brain region associated with happiness and the thoughts and positive emotions. The use of functional magnetic resonance imaging (fMRI) on the meditating monks, Davidson found that their brain activity - as measured by the EEG - was especially high in the region.

Davidson concludes from the research that meditation not only change the workings of the brain in a short time, but also quite berkemungkinan produces permanent changes. He said the discovery was based on the fact that the monks have far more gamma wave activity than the control group even before they started meditating. A researcher at the University of Massachusetts, Jon Kabat-Zinn, get a similar conclusion several years ago.

Right now the researchers at Harvard and Princeton are testing some of the same monks had been in different aspects of meditation practice on their ability to visualize the images and control their minds. Davidson is also planning to conduct further research.

He said, "What we found was a trained mind or brain is physically different than those not trained.". At the time, "We will be able to better understand the potential importance of such mental training and increase the likelihood that this exercise will be studied seriously."

Translation: Jenny H, SBY
Editor: Bhikkhu Uttamo

Source: http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=989&multi=T&hal=0

Home: http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A43006-2005Jan2.html


Penelitian Menemukan :
Meditasi Memberikan Energi pada Otak

Oleh Marc Kaufman
Staff Penulis 'Washington Post'
Senin, 3 Januari 3, 2005; Halaman A05

Penelitian bidang otak mulai menghasilkan bukti nyata atas meditasi. Bukti ini yang dipertahankan oleh para praktisi meditasi Buddhis selama berabad-abad bahwa latihan mental dan praktek meditasi dapat mengubah kerja otak dan membuat orang mencapai tingkat-tingkat kesadaran yang berbeda.

Kondisi-kondisi yang berubah tersebut secara tradisi telah dimengerti dalam istilah-istilah luar biasa, seperti sesuatu di luar pengukuran dunia materi dan penilaian objektif. Tetapi selama beberapa tahun ini, para peneliti di Universitas Wisconsin bekerja sama dengan para bhikkhu Tibet telah dapat menerjemahkan pengalaman-pengalaman mental tersebut menjadi bahasa ilmiah berupa gelombang-gelombang gamma tinggi dan sinkroni atau koordinasi otak. Selanjutnya mereka telah menemukan sasaran tepat di bagian otak depan kiri, daerah tepat di belakang dahi kiri, sebagai daerah dimana aktivitas otak yang terutama berhubungan erat dengan meditasi

“Apa yang kita temukan adalah para praktisi yang telah lama berlatih menunjukkan pergerakan otak dalam skala yang belum pernah kita lihat sebelumnya.” Kata Richard Davidson, seorang ahli ilmu pengetahuan syaraf di laboratorium untuk pencitraan fungsi serta perilaku otak. Laboratorium baru senilai $ 10 juta milik univeresitas ini dinamakan W.M Nick. “Praktek mental mereka mempunyai pengaruh terhadap otak sama seperti praktisi golf atau tennis yang akan membantu kemampuan bertanding / bermain.” Ia berkata, hal ini juga menunjukkan bahwa otak mampu dilatih dan secara fisik dapat dirubah dengan cara-cara yang dapat dibayangkan oleh sedikit orang.

Para ilmuwan terbiasa percaya pada hal sebaliknya – bahwa sambungan-sambungan di antara sel-sel syaraf otak sudah ditetapkan di awal kehidupan dan tidak dapat diubah saat dewasa. Tetapi asumsi tersebut berhasil ditolak selama puluhan tahun ini dengan bantuan pencitraan otak dan teknik-teknik maju lainnya. Dan sesuai dengan kemajuan tersebut, para ilmuwan telah merangkul konsep tentang perkembangan otak yang tiada henti serta“syaraf yang mudah dibentuk”

Davidson mengatakan hasil-hasil terbarunya dari penelitian meditasi yang diterbitkan di Notulen rapat the National Academy of Sciences pada bulan Nopember membawa konsep “syaraf yang mudah dibentuk” selangkah lebih maju lagi dengan menunjukkan bahwa pelatihan mental melalui meditasi ( dan kemungkinan praktek-praktek lainnya) dengan sendirinya dapat mengubah kerja dalam otak dan aliran-aliran otak.

Penemuan-penemuan baru tersebut adalah hasil kerjasama yang lama antara Davidson dan Dalai Lama Tibet, Praktisi Buddhisme terkenal di dunia. Dalai Lama pertama kali mengundang Davidson ke kota kediamannya di Dharamsala, India di 1992 setelah beliau mengetahui tentang penelitian pembaharuan Davidson dalam ilmu pengetahuan syaraf tentang emosi-emosi. Rakyat Tibet mempunyai sebuah tradisi kuno berabad-abad untuk melakukan meditasi intensif dan sejak awal Dalai Lama mempunyai minat agar Davidson dapat melakukan penyelidikan secara ilmiah tentang cara kerja pikiran-pikiran para bhikkhu yang sedang bermeditasi. Tiga tahun yang lalu, Dalai Lama menghabiskan dua hari mengunjungi laboratorium Davidson.

Dalai Lama akhirnya mengutus delapan praktisi meditasi yang paling terampil ke laboratorium Davidson agar mereka dipasangkan / dihubungkan dengan pengujian electroencephalograph (EEG) dan pencitraan otak. Para praktisi meditasi Buddhis dalam percobaan telah melakukan latihan meditasi dengan tradisi Tibet Nyingmapa dan Kagyuga kira-kira selama 10,000 sampai 50,000 jam, selama 15 sampai 40 tahun. Sebagai pengontrol, 10 orang murid sukarelawan yang tidak pernah melakukan meditasi juga diuji setelah satu minggu pelatihan.

Para bhikkhu dan sukarelawan dipasangkan dengan sebuah jaring dengan 256 sensor elektrik dan diminta bermeditasi dalam jangka waktu pendek. Berpikir dan aktivitas-aktivitas mental lainnya diketahui menghasilkan sedikit (tetapi dapat ditemukan) ledakan-ledakan aktivitas elektrik saat sekelompok besar neuron saling mengirim pesan-pesan, dan itulah apa yang dibaca oleh sensor-sensor. Davidson terutama berminat mengukur gelombang-gelombang gamma, gelombang-gelombang elektrik otak yang paling sering dan paling penting.

Kedua grup diminta bermeditasi, terutama meditasi cinta kasih tanpa batas. Ajaran Buddhis menjelaskan kondisi tersebut sebagai “kesiapan tak terbatas dan kesediaan untuk menolong para makhluk hidup” dimana kondisi tersebut adalah inti dari ajaran Dalai Lama. Para peneliti memilih fokus tersebut karena hal itu tidak memerlukan konsentrasi pada objek-objek, ingatan-ingatan atau gambar-gambar tertentu dan memelihara kondisi pikiran tanpa harus mengubahnya.

Davidson mengatakan hasil-hasil menunjukkan dengan jelas bahwa meditasi menggerakkan pikiran-pikiran terlatih para bhikkhu dengan cara yang jelas-jelas berbeda daripada mereka para relawan. Yang paling penting, elektroda-elektroda membaca pergerakan cepat yang jauh lebih besar dan gelombang-gelombang gamma yang sangat kuat pada para bhikkhu dan menemukan bahwa pergerakan gelombang-gelombang melalui otak jauh lebih terorganisir dan terkoordinir daripada yang terjadi pada para murid. Murid yang tidak berpengalaman hanya menunjukkan sedikit kenaikan aktivitas gelombang gamma saat bermeditasi, tetapi beberapa bhikkhu menghasilkan aktivitas gelombang lebih kuat daripada orang-orang sehat yang pernah dilaporkan sebelumnya, kata Davidson.

Bhikkhu-bhikkhu yang telah berlatih meditasi paling lama mempunyai tingkat gelombang gamma paling tinggi. Ia menambahkan. “reaksi dosis” ini – dimana tingkat-tingkat suatu obat atau aktivitas lebih tinggi mempunyai pengaruh lebih besar daripada tingkat-tingkat lebih rendah – adalah apa yang dicari oleh para peneliti untuk menilai sebab dan akibat.

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, aktivitas-aktivitas mental seperti memusatkan pikiran, ingatan, belajar dan kesadaran dihubungkan dengan agak bertambahnya koordinasi syaraf yang ditemukan pada para bhikkhu. Gelombang-gelombang gamma kuat yang ditemukan pada para bhikkhu juga telah dihubungkan dengan saling bersambungnya aliran-aliran otak yang berbeda, selanjutnya juga berhubungan dengan aktivitas mental lebih tinggi dan juga kesadaran lebih tinggi.

Penelitian Davidson sesuai dengan penelitian awalnya yang berfokus pada daerah otak depan kiri sebagai daerah otak yang berhubungan dengan kebahagiaan dan pikiran-pikiran serta emosi-emosi positif. Pemakaian pencitraan functional magnetic resonance (fMRI) pada para bhikkhu yang sedang bermeditasi, Davidson menemukan bahwa aktivitas otak mereka – seperti yang diukur dengan EEG – terutama tinggi di daerah ini.

Davidson menyimpulkan dari penelitian bahwa meditasi tidak hanya mengubah kerja otak dalam waktu pendek, tetapi juga cukup berkemungkinan menghasilkan perubahan-perubahan permanen. Ia berkata penemuan itu berdasarkan fakta bahwa para bhikkhu mempunyai aktivitas gelombang gamma jauh lebih banyak daripada grup yang dikontrol bahkan sebelum mereka mulai bermeditasi. Seorang peneliti di Universitas Massachussetts, Jon Kabat-Zinn, mendapatkan kesimpulan yang serupa beberapa tahun yang lalu.

Saat ini para peneliti di Harvard dan Princeton sedang menguji beberapa orang bhikkhu yang sama tadi dalam segi-segi berbeda pada praktek meditasi mengenai kemampuan mereka untuk membayangkan gambaran-gambaran serta mengendalikan pikiran mereka. Davidson juga berencana melakukan penelitian lebih lanjut.

Ia berkata, “Apa yang kita temukan adalah pikiran atau otak yang terlatih secara fisik berbeda daripada yang tidak terlatih.”. Pada waktunya,“Kita akan dapat mengerti lebih baik kemungkinan pentingnya pelatihan mental demikian serta meningkatkan kemungkinan bahwa latihan ini akan dipelajari dengan serius.”

Terjemahan: Jenny H, Sby
Editor : Bhikkhu Uttamo

Sumber:http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=989&multi=T&hal=0

English: http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A43006-2005Jan2.html

Friday, April 9, 2010

Happiness for All Creatures



Richard Gere

Richard Gere, Oscar-winning actor and famous for his performance in Pretty Woman, Runaway Bride, and An Officer and A Gentleman, now is a practicing Buddhist who is very serious. Gere, together with other famous Hollywood celebrities such as Harrison Ford, Goldie Hawn, and Keanu Reeves, has been at the forefront in promoting Tibetan culture and Buddhism to the West. The following is a summary of the interview with Rajiv Mehrotra for Indian television station Doordarshan:

You often come to India. What brings you here?
Hmm .., of course, His Majesty the Dalai Lama. I have been a pupil about the year I982-83. Sometimes I went to Dharamsala (the center of the Tibetan government in exile of North India region) could be up to 2-3 times a year.

In what Highness the Dalai Lama has changed you?
Most of my teachers came from the Gelugpa School of Tibetan Buddhism. There are a lot of training the mind, logic games, and the quest for reality itself, which uses the same language and pure logic with various meditation techniques. It is a gradual process with unfamiliar seining in mind to see things differently, and hopefully is the right way. So, it is a series of processes that take up a few lives, but in one person's life can already see the changes gradually. . .

You never mentioned that the Dalai Lama is an extraordinary human being. You also often with him as a disciple. In your opinion, what the role and contribution of a Dalai Lama?
He is a human figure the most simple and most complex I have ever met. He is an artist and also a farmer. He has the hearts and minds of extraordinary, which could bring each of us into our own level of existence. He has given me the teachings of Shantideva, the great Indian Buddhist monks around the 9th century at the University Nalada, one of the largest university in ancient times, which saw rapid growth of Indian culture.

You also never mentioned that being an actor is just a job. What satisfaction you get from a job as an actor?
Hmm .., the first thing is the fact that I could live a different life in one's life. In this case there are many possibilities of self development that depends on how I react to it.

Richard Gere, the actor's fame. If fame as an actor you've finished, you will roughly be? And what would you do?
I can practice more for one thing only. Music has become a big part in my life, and many of my acting is also related to music and playing musical instruments. In a way I work there are also musical taste.

If I were a genie fulfilling my request and let you make 3 requests, what would you ask?
First of all, happiness for all beings. Second, happiness for all beings. And third, the happiness that causes happiness to all beings. There is no question.

Source: How to Develop Happiness in Daily Living
Publisher: Bodhi Buddhist Centre Indonesia, Medan

Kebahagiaan bagi Semua Makhluk
Richard Gere


Richard Gere, aktor pemenang Oscar dan terkenal lewat penampilannya di Pretty Woman, Runaway Bride, dan An Officer and A Gentleman, saat ini adalah seorang praktisi Buddhis yang sangat serius. Gere, bersama dengan selebritis Hollywood terkenal lainnya, seperti Harrison Ford, Goldie Hawn, dan Keanu Reeves, telah berada di barisan terdepan dalam mempromosikan Buddhisme Tibet dan budayanya kepada bangsa Barat. Berikut ini adalah ringkasan dari interviewnya dengan Rajiv Mehrotra untuk stasiun televisi India Doordarshan:

Anda sering datang ke India. Apa yang membawa Anda kemari?
Hmm.., tentunya Yang Mulia Dalai Lama. Saya telah menjadi muridnya sekitar tahun I982-83. Kadang saya pergi ke Dharamsala (pusat pemerintahan Tibet di pengasingan daerah India Utara) bisa sampai 2-3 kali setahun.

Dalam hal apa Yang Mulia Dalai Lama telah mengubah Anda?
Kebanyakan guru saya berasal dari Sekolah Buddhis Tibet Gelugpa. Di sana banyak terdapat pelatihan pikiran, permainan logika, dan pencarian akan realitas itu sendiri, yang menggunakan bahasa dan logika murni bersamaan dengan berbagai variasi teknik meditasi. Itu merupakan proses bertahap seining dengan terbiasanya pikiran dalam melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, dan mudah-mudahan merupakan cara yang tepat. Jadi, itu merupakan serangkaian proses yang membutuhkan waktu sampai beberapa kehidupan, tetapi dalam satu kehidupan seseorang sudah bisa melihat perubahan secara bertahap. . .

Anda pernah menyebutkan bahwa Dalai Lama adalah seorang manusia yang luar biasa. Anda juga sering bersamanya sebagai seorang murid. Menurut Anda, apa peranan dan kontribusi dari seorang Dalai Lama?
Beliau adalah sosok manusia yang paling sederhana sekaligus paling kompleks yang pernah saya temui. Beliau seorang artis dan juga seorang petani. Beliau mempunyai hati dan pikiran yang luar biasa, yang sanggup membawa masing-masing dari kita memasuki level keberadaan diri kita sendiri. Beliau telah memberikan saya ajaran tentang Shantideva, maha bhikkhu India sekitar abad ke-9 di Universitas Nalada, salah satu universitas terbesar pada zaman dulu, yang melihat pesatnya perkembangan kebudayaan India.

Anda juga pernah menyebutkan bahwa menjadi seorang aktor hanyalah sebuah pekerjaan. Kepuasan apa yang Anda dapatkan dari pekerjaan sebagai seorang aktor?
Hmm.., hal yang pertama adalah fakta bahwa saya bisa menjalani kehidupan yang berlainan dalam satu kehidupan. Dalam hal ini terdapat banyak kemungkinan pengembangan diri yang tergantung bagaimana saya menyikapinya.

Richard Gere, sang aktor terkenal. Jika ketenaran Anda sebagai aktor sudah habis, kira-kira Anda akan menjadi apa? Dan apa yang akan Anda lakukan?
Saya bisa lebih banyak berlatih untuk satu hal saja. Musik telah menjadi bagian yang besar dalam hidup saya, dan banyak akting saya juga berkenaan dengan musik dan bermain alat musik. Dalam cara saya bekerja juga terdapat citarasa musik.

Jika saya adalah seorang jin pengabul permohonan dan saya mengizinkan Anda membuat 3 permohonan, apa yang akan Anda minta?
Pertama, kebahagiaan bagi semua makhluk. Kedua, kebahagiaan bagi semua makhluk. Dan ketiga, kebahagiaan yang menyebabkan kebahagiaan bagi semua makhluk. Tidak perlu dipertanyakan lagi.

Sumber: How to Develop Happiness in Daily Living
Penerbit : Bodhi Buddhist Centre Indonesia, Medan

Thursday, April 8, 2010

Know Dharma Keanu Reeves


Keanu Reeves, famous for his role as Prince Siddharta
in the film Little Buddha and a leading role in the Matrix trilogy,
recently has starred in Constantine, another famous film with
religious themes. As a loyal supporter of Buddhism,
he gave the preface, each alternately with Richard Gere,
in each of the thirteen series Discovering Buddhism at Home Series
a duration of 30 minutes, published by
Foundation for the Preservation of the Mahayana Tradition (FPMT).
In this interview by Stephen Hamel, Keanu talk
about his role in the movie The Little Buddha,
What made him interested in Buddhism,
his love of the books written by the Dalai Lama,
and how Buddhism gave
a new meaning of life.

How did you get involved with Bernardo Bertolucci and the film The Little Buddha?
Bernardo watching My Own Private Idaho, and he saw me there. I did not know anything about Buddhism. When I was little, my mother had the craft from China, so for me a fat Buddha is a person who is smiling this. I come from a family who are not Christian. My mother is British and was not interested in church, not too concerned about religious matters. In my life, I have searched and questions about God. I briefly joined the meeting the Bible when he was 11 years old but it seems boring.
We met at a hotel in the city of New York and Bernardo tells the story of this script to me.
She talked about the old Tibet that he encountered and how he also used to come from families that had no religion, who do not have trust, like me. But when he met the recently, they seemed to be "influenced" him for granted. And when he talked, I started crying, and realized that I wanted to be there.

When you're filming for the movie Much Ado About Nothing "in Italy, you met with the actor Brian Blessed, and he helps you in preparation for the movie The Little Buddha.
There's something about Brian Blessed makes me think that he was meditating. He's an actor, he climbed Mount Everest, and there was something about him that makes me want to ask him about Dharma (righteousness). So I asked him if he's willing to spend a little time to teach meditation to me. I have to prove to him that I wanted to learn. He taught me meditation is very simple and basic. This is the beginning of my introduction to the many other experiences, on a charm that attracted me.
During the 3 months I have been involved in this film, I have been getting a lot of examples to meet with accidental Buddhists. On the way to Florence to meet my sister, I gave a lift to someone in the street and suddenly I could ask, "Are you a Buddhist?" And yes, she said she was a Buddhist! This often happens.

When did you start deeply attracted to Buddhism? On your first visit to Nepal?
I started asking Dharma books sent to me when I was filming the movie Much Ado About Nothing ", and began to read, exercise and sitting meditation posture. The first thing I learned is the Four Noble Truths: suffering, the cause of suffering, the end of suffering, and the way to the end of suffering. Buddhists believe in the absence of 'self'. The 'I', which we call the 'ego' in the West, is not there.
When I was in Nepal to make a costume, I met a "teacher", a Rinpoche (an expert in Buddhism), who worked with Bernardo. I got some training sessions away from him. He teaches a series of meditation and he said to me that to basically focus on understanding the concept of 'self'. He told me to accept that situation, then proceed to things more complicated, and basically is about compassion and wisdom and you will get real happiness!
Then I began to do so with Rinpoche who taught me how to handle the concept of self. I also learned a lot in the Buddhist practice of it. But Rinpoche also told me to not simply accept what he says is based on faith! "Taste, chew, and righteousness like a test beforehand to test the authenticity of his gold jewelers." I think that's the power of Buddhism. Buddhism is not pulling others to become followers for granted. A Buddhist will not ask you to say i4 Prayer to Mary before they give you food. Buddhism is not about things like that. The main thing that has made me interested in Buddhism is that Buddhists to pay attention to the truth. The essence of Buddhism is the love and mercy and goodness and happiness for all beings.

You are obviously very heavily influenced by Buddhism. Do you want to be monks?
No, but something inside me wants it. There is a part of me that was looking for confirmation to do so. Currently I'm serious about Buddhism. I'll keep practicing and studying Buddhism.

How did Buddhism influence on your life as an actor?
I have been trained to become an actor for 10 years: to see me, asked me why I feel something, what I feel now, studying a variety of physical expression, and try to learn about aspects of emotion and intelligence in every relationship with others. And this has helped me. Buddhism contains elements of treatment in some respects and I had was training my mind.

The first scene you play in the film is the attainment by Siddhartha's enlightenment. How do you prepare yours?
I just tried to give me serenity and space without limit. Bernardo had an interesting picture of a book on facial expressions. I just tried and tried to understand the meaning of these pictures and imagine.

How about a strict diet that you should do when you do a nude scene Siddharta and let him starve in the woods?
You and I know that I love to eat! Eating is one of the most exciting thing in life! But within a few weeks we conduct these abstinence scene, so I'm fasting and I was just eating an orange and 10 liters of water a day!
Siddharta seek liberation from old age, suffering, and death. He was trying to conquer his physical body, to conquer his passion, his attachment, and he was testing himself. He thought, "If I can conquer the passions I have, I will be free."

How is the overall picture from the movie?
We make the description of Prince Siddharta with nuances of moral meaningful, touching and full of mercy. It is my opinion.

How Buddhists reaction about this movie?
I do not know. I have not watched the film. At first winning director Satyajit Ray India rejected the idea of filming the story of Sang Buddha. there must be other people who think like that too. This film is not the story of the Buddha. This is a depiction of Prince Siddhartha and his life. Bernardo has been very cautious about his responsibilities. Traditions, rituals, and practices depicted in the film very carefully, and teaching about the Dharma in it is quite complex, valuable, and profound, and hopefully it will be useful.

There were further comments?
You should read the books written by Honor Dalai Lama, or listen. He is very impressive. There is also this book I was reading recently titled Kindness, Clarity and Insight (Goodness, Enlightenment and view the Light). If anyone wants to feel a little bit about these things goodness, enlightenment and the views of light (true understanding), they should read it.

Source: "The Sound Issues", April 1993i-D magazine (UK)

Source: How to Develop Happiness in Daily Living
Publisher: Bodhi Buddhist Centre Indonesia, Medan

Keanu Reeves Mengenal Dharma

Keanu Reeves, terkenal dalam perannya sebagai Pangeran Siddharta
dalam film Little Buddha dan sebagai pemeran utama dalam trilogi Matrix,
baru-baru ini telah membintangi Constantine, film terkenal lainnya dengan
tema keagamaan. Sebagai pendukung agama Buddha yang setia,
dia memberikan kata pendahuluan, saling bergantian dengan Richard Gere,
dalam setiap dari tiga belas seri Discovering Buddhism at Home Series
yang berdurasi 30 menit yang diterbitkan oleh
Foundation for the Preservation of the Mahayana Tradition (FPMT).
Dalam wawancara oleh Stephen Hamel ini, Keanu berbicara
tentang perannya dalam film The Little Buddha,
apa yang membuat dia tertarik pada agama Buddha,
kegemarannya pada buku-buku karangan Dalai Lama,
dan bagaimana agama Buddha memberinya
suatu arti kehidupan yang baru.

Bagaimana Anda bisa terlibat dengan Bernardo Bertolucci dan film The Little Buddha?
Bernardo menonton My Own Private Idaho dan dia melihat saya di sana. Dulu saya tidak tahu apapun tentang agama Buddha. Ketika saya masih kecil, ibu saya mempunyai hasil kerajinan dari negeri China, jadi bagi saya Buddha adalah orang gemuk yang sedang tersenyum ini. Saya berasal dari keluarga yang bukan Kristen. Ibu saya orang Inggris dan tidak tertarik dengan gereja, tidak terlalu peduli akan hal keagamaan. Dalam hidup saya, saya telah mencari dan tertanya-tanya tentang Tuhan. Saya bergabung dengan perhimpunan Alkitab sebentar ketika masih berumur 11 tahun tetapi rupanya membosankan.
Kami bertemu di sebuah hotel di kota New York dan Bernardo menceritakan kisah dari naskah ini kepada saya.
Dia bercerita tentang lama dari Tibet yang dia jumpai dan bagaimana dia juga dulunya berasal dari keluarga yang tidak beragama, yang tidak memiliki kepercayaan, seperti saya. Tapi ketika dia bertemu para lama ini, mereka seakanakan "mempengaruhi" dia begitu saja. Dan sewaktu dia bercerita, saya mulai menangis, dan menyadari bahwa saya ingin sekali berada di sana.

Ketika Anda syuting untuk film Much Ado About Nothing di Italia, Anda bertemu dengan aktor Brian Blessed, dan dia membantu Anda dalam persiapan untuk film The Little Buddha.
Ada sesuatu tentang Brian Blessed yang membuat saya berpikir bahwa dia ada bermeditasi. Dia seorang aktor, dia mendaki Gunung Everest, dan ada sesuatu tentang dia yang membuat saya ingin bertanya kepadanya tentang Dharma (kebenaran). Jadi saya bertanya kepadanya apakah dia sudi meluangkan sedikit waktu untuk mengajarkan meditasi kepada saya. Saya harus membuktikan kepadanya bahwa saya ingin belajar. Dia mengajarkan saya meditasi yang sangat sederhana dan mendasar. Inilah awal perkenalan saya pada banyak pengalaman lain, pada suatu pesona yang menarik saya.
Selama 3 bulan saya terlibat dalam film ini, saya telah mendapatkan banyak contoh berjumpa dengan umat Buddha tanpa disengaja. Dalam perjalanan ke Florence untuk menemui saudara perempuan saya, saya memberi tumpangan untuk seseorang di jalan dan tiba-tiba saja saya bisa bertanya, "Apakah Anda seorang Buddhis?" Dan ya, dia bilang dia seorang umat Buddha! Hal ini sering kali terjadi.

Kapan Anda mulai terpikat secara mendalam dengan agama Buddha? Pada kunjungan pertama Anda ke Nepal?
Saya mulai merninta dikirimkan buku-buku Dharma kepada saya ketika saya syuting film Much Ado About Nothing, dan mulai membaca, melatih sikap tubuh dan duduk bermeditasi. Hal pertama yang saya pelajari adalah Empat Kebenaran Mulia: penderitaan, penyebab penderitaan, akhir dari penderitaan, dan jalan menuju akhir dari penderitaan. Umat Buddha percaya akan tidak adanya 'diri'. Sang 'aku', yang kita sebut 'ego' di Barat, tidaklah ada.
Ketika saya di Nepal untuk membuat kostum, saya bertemu dengan seorang "guru", seorang Rinpoche (ahli dalam agama Buddha), yang bekerja bersama Bernardo. Saya mendapatkan beberapa sesi pelatihan diri darinya. Beliau mengajarkan serangkaian meditasi dan beliau berkata kepada saya bahwa untuk dasarnya fokuskan pada pemahaman tentang konsep 'diri'. Beliau memberitahukan saya untuk menerima keadaan tersebut, kemudian lanjutkan ke hal-hal yang lebih rumit, dan pada dasarnya adalah mengenai belaskasih dan kebijaksanaandan Anda akan memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya!
Kemudian saya mulai melakukannya bersama Rinpoche yang mengajarkan saya bagaimana menangani konsep tentang diri. Saya juga mempelajari banyak kebiasaan dalam Buddhis darinya.Tetapi Rinpoche juga berpesan pada saya untuk tidak menerima begitu saja apa yang telah dia katakan hanya dengan berdasarkan keyakinan! "Rasakan, kunyah, dan uji terlebih dahulu kebenarannya seperti tukang emas menguji keaslian emasnya". Saya rasa itulah kekuatan agama Buddha. Agama Buddha tidak menarik-narik orang lain untuk menjadi pengikutnya begitu saja. Seorang umat Buddha tidak akan memintamu mengucapkan I4 Doa kepada Bunda Maria sebelum mereka memberimu makanan. Agama Buddha bukanlah mengenai hal-hal seperti demikian. Hal utama yang telah membuat saya tertarik dengan agama Buddha adalah bahwa umat Buddha menaruh perhatian terhadap kebenaran. Inti dalam agama Buddha adalah cintakasih dan belaskasih dan kebaikan serta kebahagiaan bagi semua makhluk.

Anda jelas sekali sangat terpengaruh oleh ajaran Buddha. Inginkah Anda menjadi bhikkhu?
Tidak, tetapi ada sesuatu dalam diri saya menginginkannya. Ada bagian dari diri saya yang sedang mencari penegasan untuk melakukannya. Saat ini saya sedang bersungguh-sungguh dalam Buddhisme. Saya akan terus berlatih dan mempelajari agama Buddha.

Bagaimana pengaruh agama Buddha terhadap kehidupan Anda sebagai seorang aktor?
Saya telah dilatih menjadi seorang aktor selama 10 tahun: melihat diri saya, bertanya mengapa saya merasakan sesuatu hal, apa yang saya rasakan sekarang, mempelajari berbagai ekspresi fisik, dan mencoba mempelajari aspek emosi dan kecerdasan dalam setiap hubungan dengan orang lain. Dan ini telah membantu saya. Agama Buddha mengandung unsur pengobatan dalam beberapa hal dan saya telah sedang melatih pikiran saya.
Adegan pertama yang Anda mainkan dalam film tersebut adalah pencapaian penerangan sempurna oleh Siddhartha. Bagaimana Anda persiapan Anda?
Saya hanya mencoba memberi diri saya ketenangan dan ruang tanpa batas. Bernardo mempunyai sebuah gambar yang menarik dari sebuah buku tentang ekspresi muka. Saya hanya mencoba dan berusaha memahami makna gambar tersebut dan membayangkannya.
Bagaimana tentang diet ketat yang Anda harus lakukan ketika Anda melakukan adegan Siddharta yang telanjang dan membiarkan dirinya kelaparan di dalam hutan?
Anda dan saya tahu bahwa saya suka makan! Makan adalah salah satu hal paling menyenangkan dalam kehidupan! Tetapi dalam beberapa minggu itu kami melakukan adegan menahan nafsu tersebut, jadi saya puasa; saya hanya makan sebuah jeruk dan 10 liter air dalam satu hari!
Siddharta mencari pembebasan dari usia tua, penderitaan, dan kematian. Beliau sedang berusaha menaklukkan tubuh jasmani-Nya, menaklukkan nafsu-Nya, kemelekatan-Nya, dan Beliau sedang menguji diri-Nya. Beliau berpikir, "Jika Saya dapat menaklukkan nafsu Saya, Saya akan terbebas."

Bagaimana gambaran secara keseluruhan dari film tersebut?
Kami membuat penggambaran tentang Pangeran Siddharta dengan nuansa penuh arti moral, menyentuh, dan penuh belaskasih. Ini merupakan pendapat saya.

Bagaimana reaksi umat Buddha tentang film ini?
Saya tidak tahu. Saya belum menonton film tersebut. Pada awalnya sutradara Satyajit Ray yang berkebangsaan India menolak ide pembuatan film yang berkisah tentang Sang Buddha.Tentunya pasti ada orang lain yang berpikiran seperti itu juga. Film ini bukan berkisah tentang Sang Buddha. Ini merupakan penggambaran tentang Pangeran Siddharta dan kehidupannya. Bernardo telah sangat berhati-hati mengenai tanggungjawabnya. Tradisi, ritual, dan praktek yang digambarkan dalam film tersebut sangatlah teliti, dan pengajaran tentang Dharma di dalamnya cukup kompleks, berharga, dan mendalam, dan mudah-mudahan hal itu akan berguna.

Ada komentar lebih lanjut lagi?
Anda harus membaca buku-buku karangan Yang Mulia Dalai Lama, atau mendengarkannya. Beliau sangat mengesankan. Ada juga buku ini yang sedang saya baca baru-baru ini berjudul Kindness, Clarity and Insight (Kebaikan, Pencerahan dan Pandangan Terang). Jika ada yang ingin merasakan sedikit tentang hal-hal ini kebaikan, pencerahan dan pandangan terang (pemahaman yang benar) mereka harus membacanya.

Sumber: "The Sound Issue", April 1993i-D magazine (UK)

Sumber: How to Develop Happiness in Daily Living
Penerbit : Bodhi Buddhist Centre Indonesia, Medan

Secrets of the Lucky


Secrets of the Lucky

We all know the good thing in a comic figure of Donald Duck.
Contrary to Donald who is always unlucky. The good thing was told in luck continues. There was just luck that always went duck leaders in America original name was Gladstone. How convenient to live the good thing. Lazy, never worked, but always more profitable than Donald. If Lucky and Donald walked together, who suddenly find a piece of street money, surely it's a good thing.

If you also want to always like the Lucky lucky, dont worry, it was fortunate that there is knowledge. Professor Richard Wiseman of the University of Hertfordshire in England, tried to examine the things that distinguish those who were lucky to the unlucky.

Wiseman recruited a group of people who felt his life was always lucky, and another group whose lives are always unlucky. It sounded like playing games, how possibly could be investigated luck. But indeed the lucky ones who behave differently with their bad luck.

For example, in one study the Luck Project, Wiseman gave the task to calculate how many pictures in the newspaper that was distributed to two groups. Orang2 of the unlucky group will take an average of 2 minutes to complete this task. While those from the group Luckily only need a few seconds! Well how come? Yes, because before the page into two Wiseman has put the tiny writing that do not read "stop counting now! There are 43 pictures in this newspaper." Kelompol unlucky missed this article when engrossed in calculating the image. Even more fun again, in the middle of the paper, Wiseman put another message which read: "stop counting now and say you found this to researchers, and won $ 250!" Again unlucky group spent the last message! Indeed benar2 unlucky.

In short, from the research that claims to "scientific" is, Wiseman found four factors that distinguish those who are lucky from the unlucky:

1 . Attitudes toward opportunity.
People are lucky indeed more open to opportunities. They are more sensitive to the opportunity, creating good opportunities, and act when opportunity comes. How is this possible? It turns out people who are fortunate to have a more relaxed attitude and open to new experiences. They are more open to interaction with new people who are known, and create new social networks. People who shit more tense so closed to new possibilities.

For example, when Barnett Helzberg jewelry store owner in New York to sell his jewelry store, accidentally while walking in front of the Plaza Hotel, he heard a woman call the man next to her: "Mr.. Buffet!" Only a glimpse of events that may be passed most people who are less fortunate. But Helzber think differently. He thought if the guy next to him turned out to be Warren Buffet, one of the biggest investors in America, then he's likely to offer its network of jewelry stores. So Helzberg immediately greeted the man beside him, and indeed turns out he is a Warren Buffet. Introductions ensued and Helzberg previously did not know Warren Buffet, managed to offer its business directly to Buffett, face to face. A year later Buffett agreed to buy the network's Helzberg jewelry store. Really lucky.

2. Using intuition to make decisions.
People who were more fortunate than the logic of relying on intuition. Important decisions made by most of the lucky people turned out on the basis of a whisper "conscience" (intuition) rather than the brain of sophisticated things with numbers. The figures will be helpful, but generally the final decision of the "gut feeling". Which may be difficult for people who are unlucky, the whisper of conscience we'd be hard to hear in our brain dizzy with endless reasoning. So lucky people generally have a method to sharpen their intuition, for example through regular meditation. On a calm mental state, and a clear mind, intuition will be more accessible. And the more often used, our intuition will become more sharply. Many of my friends who ask, "listening to intuition," then what? Is there tiba2 sound tell us to do something? Well, if my experience was not like that. In fact, if tiba2 hear the voice you do not get caught the source, bisa2 I fainted. Since this is subjective, there may be real people who hear a voice. But if my experience really that intuition often appears in various forms, for example: - Signals from the body. You'll often experience. "I kok tiba2 deg-deg an yes, want to get fortune and time", something like that. Our bodies often give isyarat2 really certain that you must maknakan. For example you why if you want to get feverish tiba2 big deal, yes watch it if tiba2 feverish again. - Signs of emotion. Suddenly you feel something else when you're seeing or doing something. This is what I have ever experienced. For example, when I was in college, I like to feel suddenly excited every time through the office of a particular company. A few years later I was working in the office. It still happens to some other things.

3. Always expect good will come.
People who are lucky it always ge-er to life. Always good prejudiced that goodness will come to him. With such a mental attitude, they are more resistant to a test that may befall them, and will be more positive in interacting with others. Let's say you run the test itself is simple, ask successful people you know, how the future business prospects. Surely they will tell you the optimism and hope.

4 . Change the bad things into good.
People are very good luck bad situation and turn it into goodness. For them every situation there is always a bright side. In one of his tests Prof. Wiseman asked participants to imagine is going to the bank and suddenly raided the bank armed robbers. And participants are asked to speak their reaction. The reaction of a group of unfortunate people in general is: "oh shit there Bener tengah2 such robbery." While the reaction of the lucky ones, for example, is: "I am lucky to be there, I could write my experience to the media and get money." Whatever the situation is just lucky lucky man continued. They were quickly able to adapt to a bad situation and turn it into a fortune.

Luck School.
For those who are less fortunate, Prof. Wiseman even open the Luck School. Wiseman exercises given to such people is to make a "Luck Diary", journal luck. Each day, participants should note the positive things that happened or luck. They are strictly forbidden to write down their bad luck. Initially it may be difficult, but so they can write one good luck, tomorrow, next day will be the easier and the more luck they write. And when they saw a few days backs Diary Lucky them, they become more aware of how lucky they are. And according to the principle of "law of attraction", the more they think about how they were lucky, then more and more coming with lucky events in their lives. So, the simple secret of a good thing. It turns out everyone can be lucky too. Including a friend of all.

Ready to start into the Lucky?

Rahasia si Untung

Kita semua pasti kenal tokoh si Untung di komik Donal Bebek.
Berlawanan dengan Donal yang selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus. Ada saja keberuntungan yang selalu menghampiri tokoh bebek yang di Amerika bernama asli Gladstone ini. Betapa enaknya hidup si Untung. Pemalas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal. Jika Untung dan Donal berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang dijalan, pastilah itu si Untung.

Jika Anda juga ingin selalu beruntung seperti si Untung, dont worry, ternyata beruntung itu ada ilmunya. Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang-orang beruntung dengan yang sial.

Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesannya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa? Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi "berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini". Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah-tengah koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: "berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!" Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya "scientific" ini, Wiseman menemukan empat faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.
Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan? Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: "Mr. Buffet!" Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.
Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan "hati nurani" (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari "gut feeling". Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam. Banyak teman saya yang bertanya, "mendengarkan intuisi" itu bagaimana? Apakah tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan. Karena ini subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara. Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya: - Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. "Gue kok tiba2 deg-deg an ya, mau dapet rejeki kali", semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi. - Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.
Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.
Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umumnya adalah: "wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu". Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: "untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit". Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Sekolah Keberuntungan.
Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School. Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang-orang semacam itu adalah dengan membuat "Luck Diary", buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi. Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yang mereka tuliskan. Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip "law of attraction", semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka. Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk teman semua.

Siap mulai menjadi si Untung?

Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1056&multi=T&hal=0
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...