Tuesday, March 23, 2010

Richard Gere

Who does not know Richard Tiffany Gere? Ex-husband of Cindy Crawford was dedicating his life in the world of Hollywood movies. Fame became an actor can not be separated from their hard work to reach dreams in art. Also fell awake he felt to be the best actor in Hollywood.

Since the age of 13 years, who was born in Syracuse, August 31, 1949 is already a trumpet can play an instrument. To hone his talent he joined the Syracuse Sympony Orchectra. Syracus graduated from North Central High School in 1967, Gere won a scholarship from the University of Massachusetts at Amherst with a major in Philosophy.

Gere his first debut in 1969, he joined a theater group of Cape Cod's Provincetown Playhouse. Honor he received for 28.70 dollars. Pleasure in the entertainment world to make him quit school.

But his career did not travel as smooth as what he imagined. He had experienced hard times. He lives with barely enough income and living in a small, dirty apartment. The man who is now married to Carey Lowell was always moving from one theater to another theater. Each time you visit the show always quiet audience, he also must be willing to lose his job.

But he did not despair, father of James Jime Gere Homer is trying to rise up by joining in a drama on Broadway. Year 1979 is the starting point of success in his career when he played in the film American Gigolo. His name began to be taken into account in the film industry.

As an actor, he also lived in the neighborhood will glitzy celebrity nightlife. Drugs could also attract attention. But this did not last long because at the age of 30 years, he found guidance in their lives are on the road with the Dhamma. In 1978, Gere trips to Nepal and met people of Tibet, where he talked with the monks and the old. Since that time he was attracted to deepen the teachings of Buddha. Gere had diligently participated in various activities with the Dalai Lama.

Create a new life he withdrew from the world of artistry. He can receive all the failures in his life, resigned, and diligent in helping others. He knew that his life for the people oppressed. Gere helped the Dalai Lama's struggle for the Tibetan People. Various activities to raise funds collected.

In 1998, Gere returned to acting. "At first I thought that the decision to stop acting an act of courage. But lately I think, just keep playing the film is an act of courage, "he said.

What has been achieved by Gere as an actor worthy of thumbs up. His efforts led to a brilliant result, his name will be in the list of successful Hollywood actor. Falling up does not make him lose the spirit of a famous actor. In the midst of his success, he underwent a religious life, and always share with others. A long journey from an exemplary Richard Gere.


Siapa yang tidak mengenal Richard Tiffany Gere? Mantan suami dari Cindy Crawford ini mendedikasikan hidupnya dalam dunia film Hollywood. Ketenarannya menjadi aktor tidak terlepas dari kerja kerasnya menggapai mimpi untuk berkecimpung di dunia seni. Jatuh bangun pun ia rasakan untuk menjadi aktor terbaik Hollywood.

Sejak usia 13 tahun, pria kelahiran Syracuse, 31 Agustus 1949 ini sudah dapat memainkan alat musik terompet. Untuk mengasah bakatnya ia bergabung dengan Syracuse Sympony Orchectra. Lulus dari SMA North Syracus Central pada tahun 1967, Gere mendapatkan beasiswa dari University of Massachusetts di Amherst dengan mengambil jurusan filsafat.

Gere memulai debut pertamanya pada tahun 1969, ia bergabung dengan kelompok teater Cape Cod’s Provincetown Playhouse. Honor yang diterimanya sebesar 28,70 dollar. Kesenangannya dalam dunia hiburan membuat dirinya berhenti kuliah.

Namun perjalanan kariernya tidak semulus apa yang ia bayangkan. Masa sulit pun ia alami. Ia hidup dengan pendapatan yang pas-pasan dan tinggal di sebuah apartemen kecil yang kotor. Pria yang kini beristrikan Carey Lowell ini selalu berpindah-pindah dari teater yang satu ke teater yang lainnya. Setiap kali pertunjukannya selalu sepi dikunjungi penonton, ia pun harus rela kehilangan pekerjaannya.

Namun ia tidak putus asa, ayah dari Homer James Jime Gere ini mencoba bangkit dengan bergabung dalam sebuah drama di Broadway. Tahun 1979 merupakan titik awal kesuksesan kariernya ketika ia bermain dalam film American Gigolo. Namanya pun mulai diperhitungkan di industri film.

Sebagai seorang aktor, ia pun hidup dalam lingkungan selebritis yang gemerlap akan kehidupan malam. Obat-obatan pun sempat menarik perhatiannya. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena pada usia 30 tahun, ia menemukan pedoman dalam hidupnya dengan berada di jalan Dhamma. Pada tahun 1978, Gere berwisata ke Nepal dan menjumpai orang Tibet, di sana ia berbincang-bincang dengan para biarawan dan lama. Sejak saat itu ia tertarik untukmemperdalam ajaran Buddha. Gere pun tekun mengikuti berbagai kegiatan dengan Dalai Lama.

Kehidupan barunya membuat ia mengundurkan diri dari dunia keartisan. Ia dapat menerima segala kegagalan dalam hidupnya, pasrah, dan rajin membantu orang lain. Ia tahu bahwa hidupnya untuk orang-orang tertindas. Gere membantu perjuangan Dalai Lama untuk Rakyat Tibet. Berbagai kegiatan menggalang dana diselenggarakannya.

Pada tahun 1998, Gere kembali ke dunia akting. “Semula saya mengira bahwa keputusan untuk berhenti berakting merupakan tindakan yang berani. Namun belakangan saya berpikir, justru tetap bermain film merupakan tindakan yang berani,” ungkapnya.

Apa yang telah dicapai oleh Gere sebagai seorangaktor layak diacungi jempol. Kerja kerasnya membuahkan hasil yang cermelang, namanya pun berada di daftar aktor Hollywood yang sukses. Jatuh bangun tidak membuat dirinya kehilangan semangat menjadi aktor terkenal. Di tengah kesuksesannya, ia menjalani kehidupan religius, dan selalu berbagi dengan sesama. Sebuah perjalanan panjang dari seorang Richard Gere yang patut diteladani.

Monday, March 22, 2010

The sun in the middle of the universe

Now this is a picture of the biggest star Antares in this picture.
It's overwhelming ... then how about if the sun is still visible ..? Apparently Sun is just at the point in this picture .... and the earth ...? Humans can not be described ... ...? wow ..... very very small ...
Well how about the creator ...? is there any words that can describe it ................
we can only call it by a divine Creator .......
What we can be proud with the Human ......
A reflection ......

Nah ini adalah gambar bintang Antares yang terbesar pada gambar ini.
Sungguh luar biasa besarnya...lalu bagaimana dengan matahari masih kah terlihat..?Ternyata Matahari hanyalah sebesar titik di dalam gambar ini....lalu bumi...? tidak dapat tergambarkan...Manusia...? wow.....sangat sangat keciiiil...
Nah bagaimana dengan sang pencipta...? adakah kata kata yang dapat melukiskannya................
kita hanya dapat menyebutnya dengan Sang Maha Pencipta.......
Apa yang bisa kita banggakan dengan Manusia......
Sebuah perenungan......


How big is the sun in the universe?

Now the picture is a picture beside the sun the sun in the middle of the middle star in the sky. Now we can imagine how big the Sun.
Wow ..... The sun was still small compared to some other stars ...
Then there still larger than the star ...?

Matahari

Nah pada gambar Matahari di samping ini adalah gambar matahari di tengah tengah Bintang di angkasa. Sekarang kita bisa membayangkan seberapa Besar Matahari.
Wow.....ternyata Matahari masih kecil di bandingkan beberapa bintang lain...
Lalu masih adakah yang lebih besar dari bintang itu...?

Earth And Sun

Monday, March 22, 2010
Earth And Sun
Now our image is a picture besides the Sun and Earth.
Sudash Now we can imagine how much sun ..
Apparently this Earth in the Sun is very much different appeal.
Then how big eyes that day among their friends ..?


Bumi dan Matahari

Nah Gambar kita disamping ini adalah gambar Matahari dan Bumi.
Sekarang kita sudah dapat membayangkan seberapa besarnya Matahari..
Ternyata Bumi ini di banding Matahari sangat jauh berbeda.
Lalu seberapa besar mata hari itu diantara teman temannya..?

Earth and Jupiter


In addition to this picture is a picture of the earth compared to other planets.
The Earth has a small visible here amid the giant planet .....
If the Earth among the planets have been for this then as where the Earth than the sun ....?

Bumi dan Yupiter

Pada gambar disamping ini adalah bgambar bumi dibandingkan dengan planet yang lainnya.
Disini Bumi sudah terlihat kecil ditengah tengah raksasa planet.....
Kalo Bumi diantara planet saja sudah sebesar ini lalu bagai mana Bumi dibandingkan dengan Matahari....?



Our Earth ( Bumi Tercinta )


In addition to this picture is a picture of our beloved Earth.
Never did we think how much the appeal of this earth planet fellow friends who are in the sky ...?
In addition to the picture we can open the eyes of how big the Earth really is. Images of Earth Color Earth Fair Blue .... turned out great as well ...

Bumi Kita
Pada gambar disamping ini adalah gambar Bumi kita tercinta.
Pernah kah kiat berpikir seberapa besanya bumi ini di banding teman temannya sesama planet yang ada di angkasa...?
Dengan gambar yang ada disamping kita dapat membuka mata seberapa besar sebenarnya Bumi ini. Gambar Bumi Berwarna Biru....ternyata Bumi Cukup besar juga yah....



Journey To The Past Change The Future


This book is the second book of a hypnoterapis named Nathalia Sunaidi.
In our day to day life we often come across so many things that sometimes we do not understand why it happened.?
For example: in general, child and parent relationship, whether father or mother must be going well love each other. because they are his children and was raised by her father and mother. but why the situation could be so different from children and parents do not live very harmoniously frequent quarrels ... when they live together with their parents since the womb ...
The second example: In our relationships in the community and at school in the office atapun sometimes we have someone who fits best friends brother sister relationship exceeds even exceed the child and parent relations.
why do so many things that sometimes we can not understand why it happened ..?
Why in the friends we can not feel comfortable with everyone ...? if only the nature and character of the difference ....?
then how about ... Phobia? we never knew previously about the animals that make us afraid of ...? but we get to it ..... Phobia

In the book there are many issues concerning problems that are not harmonious relationships between children and parents, between husband and wife, between brother and sister and parents also why we are so dear to us.
Innumerable instances of the problem .... read this book might be a little opening in order to receive our insights with what is happening or experienced so we can better live .. more valuable and happier ......
Dive into past lives to make changes so that happiness is always with us .....

Journey To The Past Change The Future
Buku ini adalah buku kedua dari seorang hypnoterapis yang bernama Nathalia Sunaidi.
Di dalam kehidupan kita sehari hari sering kita jumpai begitu banyak hal hal yang kadang tidak kita mengerti mengapa hal itu bisa terjadi.?
Contohnya : secara umum hubungan anak dan orang tua, baik itu ayah atau ibu pasti berjalan dengan baik saling mencintai. karena mereka adalah anak anak nya dan dibesarkan oleh ayah dan ibunya. tetapi mengapa keadaan bisa begitu berbeda anak dan orang tua hidup sangat tidak harmonis sering terjadi pertengkaran... padahal mereka hidup bersama dengan orang tuanya sejak dari kandungan...
Contoh yang kedua : Di dalam pergaulan kita di masyarakat maupun di sekolah atapun di kantor kadang kita memiliki seseorang sahabat yang cocok melebihi hubungan kakak adik bahkan melebihi hubungan anak dan orang tua.
mengapa banyak hal yang kadang kita tidak dapat mengerti mengapa hal hal itu bisa terjadi..?
Mengapa di dalam berteman kita tidak dapat merasa cocok dengan semua orang...? apakah hanya dari perbedaan sifat dan karakter....?
lalu bagaimana dengan Phobia...? kita tidak pernah tahu sebelumya tentang binatang yang membuat kita takut...? tapi kita menjadi Phobia terhadapnya.....

Didalam buku ini terdapat banyak masalah masalah mengenai hubungan yang tidak harmonis antara anak dan orang tua, antara suami dan istri, antara kakak dan adik dan juga mengapa orang tua kita begitu sayang kepada kita.
Banyak sekali contoh permasalahannya....membaca buku ini mungkin akan sedikit membuka wawasan kita agar dapat menerima dengan apa yang terjadi atau dialami sehingga hidup kita dapat lebih baik..lebih berharga dan lebih berbahagia......
Menyelami kehidupan masa lampau untuk membuat perubahan agar kebahagiaan selalu bersama kita.....

Sunday, March 21, 2010

Unfortunately I, Fortunately, they



This is a quote that I took from the book "The Worm and his favorite dirt" from the work of Ajahn Brahm.



Life as a junior monk in Thailand seemed so unfair. Senior monks get the best food, sitting in a soft place, and not have to push push the wheelbarrow. Meanwhile, the only one not invited to my daily food tastes; I had to sit for hours in a ceremony that the hard cement floor (which is also uneven, due to poor villagers in the case of cement) and sometimes I have to work very hard. Unfortunately I luckily they .....

I spent a long time and not fun to think about my complaint. Senior monks may have been so enlightened, so it's useless good food for them, that I should get the best food. Senior monks are accustomed to sitting cross-legged on the floor hard for many years, Karen was it was I who should sit on the tender. Later a senior monk fat because fat delicious to eat good food, so everyone was having a "bearing nature" itself. Senior monk could only way that a junior monk must work, but they never worked, so how could they understand how hot and reach it's pushing wheelbarrow? projects it was their idea, so it should be on them to work! Unfortunately I luckily they ......

When I was a senior monk, I ate the best food, sitting in place soft, and very little physical work. However, it turns out I was actually jealous of the junior monk.
They do not need to give lectures, do not need daily as people listen to complaints, and does not need to spend endless hours of paperwork. they are not a lot of responsibility and they have so much free time.
I thought, "Unfortunately I luckily they !"...............

I immediately realized what had happened. Junior monks have "Agony junior monk." Senior monks had "a senior monk of Woe." As when a senior monk, I simply replaced one form of suffering to the suffering of others.

This is exactly the same for bachelors who envy to those who are married, and those who are married are still envious of bachelorhood. From here we must understand when we married, we just replace the "suffering bachelors" with "suffering people marry." When we divorced, we simply replace the "suffering people marry" with the "suffering of people who are no longer married." Unfortunately I luckily they ......

When we are poor, we're envious of those who are rich. However, many rich people who are envious of the friendship is sincere and limitations of the burden of responsibility is owned by those who are poor. Being rich is just replace the suffering with the suffering of poor people rich. Retirement income and decrease in pain is just replace the rich to the poor suffer. And so on ........ unfortunately I fortunately they were.

Thinking that you will be happy to become something else is just fantasy. Into something else merely replaced one form of suffering with the suffering of others. but when you have an adequate amount with what it is yourself, junior or senior, a wedding or a flunky, rich or poor, then you will be free from suffering. Luckily I unfortunately they .....

Ini adalah kutipan yang saya ambil dari buku " Si Cacing dan kotoran kesayangannya"dari karya Ajahn Brahm.



Kehidupan sebagai Bhiksu junior di Thailand serasa begitu tidak adil. Bhiksu senior mendapatkan makanan terbaik, duduk di tempat yang empuk, dan tidak perlu mendorong dorong gerobak sorong. Sementara, satu satunya makanan harian saya tidak mengundang selera; saya harus duduk berjam jam dalam sebuah upacara dilantai semen yang keras ( yang juga tidak rata, karena penduduk desa payah dalam hal menyemen) dan kadang kadang saya harus bekerja sangat keras. Malangnya saya untungnya mereka.....

Saya menghabiskan waktu yang lama dan tidak menyenangkan untuk memikirkan keluhan saya. Bhiksu senior mungkin sudah begitu tercerahkan, jadi makanan enak percuma saja bagi mereka, seharusnya saya yang mendapatkan makanan terbaik. Bhiksu senior sudah terbiasa duduk bersila dilantai keras selama bertahun tahun, karen itu sayalah yang seharlusnya duduk di tmpat empuk. Selanjutnya Bhiksu senior gemuk gemuk karena makan makanan enak enak, jadi semua sudah memiliki" Bantalan alam"sendiri. Bhiksu senior cuma bisa omong bahwa Bhiksu junior harus kerja, tetapi mereka sendiri tidak pernah bekerja, jadi bagaimana mereka bisa mengerti betapa panas dan capainya mendorong kereta sorong itu? proyek- proyek itu adalah gagasan mereka, jadi seharusnyalah mereka bekerja! Malangnya saya untungnya mereka......

Ketika saya sudah menjadi Bhiksu senior, saya makan makanan terbaik, duduk ditempat empuk, dan hanya sedikit bekerja fisik. Namun, ternyata saya malah iri kepada Bhiksu junior.
Mereka tidak perlu memberikan ceramah, tidak perlu se harian mendengarkan keluhan umat, dan tidak perlu menghabiskan waktu berjam jam untuk urusan administrasi. mereka tidak banyak tanggung jawab dan mereka punya begitu banyak waktu luang.
Saya berpikir, "Malangnya saya untungnya mereka!"...............

Segera saya sadar apa yang terjadi. Bhiksu Junior memiliki " Derita Bhiksu junior". Bhiksu senior memiliki " Derita Bhiksu senior". Sewaktu saamenjadi Bhiksu senior, saya hanyalah mengganti satu bentuk derita kebentuk derita yang lain.

Ini persis sama untuk para bujangan yang iri kepada mereka yang sudah menikah, dan mereka yang sudah menikah iri kepada yang masih bujang. Dari sini kita harus mengerti sewaktu kita menikah, kita hanyalah mengganti" derita bujangan" dengan "derita orang kawin" . Sewaktu kita bercerai, kita hanyalah mengganti "derita orang kawin" dengan" derita orang yang tidak lagi kawin". Malangnya saya untungnya mereka......

Sewaktu kita miskin, kita iri kepada mereka yang kaya. Namun, banyak orang kaya lyang iri kepada persahabatan yang tulus dan keterbatasan dari beban tanggung jawab yang dipunyai oleh mereka yang miskin. Menjadi kaya hanyalah menggnti derita orang miskin dengan derita orang kaya. Pensiun dan penurunan penghasilan hanyalah mengganti derita orang kaya dengan derita orang miskin. Begitu seterusnya........Malangnya saya untungnya mereka.

Berpikir bahwa anda akan bahagia dengan menjadi sesuatu yang lain hanyalah khayalan. Menjadi sesuatu yang lain hanyalah mengganti satu bentuk derita dengan bentuk derita yang lain. namun saat anda berkecukupan dengan apa adanya diri anda, junior atau senior, kawin atau bujang, kaya atau miskin, maka anda akan terbebas dari derita. Untungnya saya malangnya mereka.....

Flow Flowing Together


This is a quote that I took from the book "The Worm and his favorite dirt" from the work of Ajahn Brahm.

A wise monk, who has for many years, I know, are moving the road with a old friend in a meadow. At the end of a sweltering afternoon, they arrived at the expanse of a beautiful hidden beach. Even though there are rules that a monk swimming banned for having fun, but blue water and teased him he needed to cool the body after a long trip, so he immediately took off his robe and went swimming.

As young as he lay people is a strong swimmer. But now, after so long been a monk, was for many years he never swimming. How long after plunging into the surging waves, he was stuck in the middle of a strong tidal wave that began to drag him out to sea.
later he was new to tell that the beach is extremely dangerous because of its fierce currents. At first the monk tried to swim against the current. He soon realized that the current was too strong for him. Exercise training has been learned now he came as a salvation. He then relax, let go, and go with the flow.

An act that requires great courage to be able to relax in a situation like that, when he saw the coastline continues to move away. He was hundreds of meters from the mainland, when it began to weaken the power flow was only after that he began to swim away from high tides and waves to the coastline.
He told me that the swim back to shore really have drained all his energy. He reached the mainland in a state of very tired. He believes that if he kept trying to go against the flow, the flow would have beat him. and he's dragged out to sea, as if he followed the stream, but with the power that has been drained away, so do not allow for him to return to shore. If only he had not let and go with the flow, he was sure he would have drowned.
The story shows that the adage, "when there's nothing to be done, do not do anything", not a theory of fantasy. instead, it could be a savior of life wisdom. when the current was too strong for you, it was time to go with the flow. Your armpits are able to act effectively, it was time to exert effort.

That is a very wise advice we may have picked up at the moment like that so that we can not add new issues of the problems we're facing.
A reflection .............

Ini adalah kutipan yang saya ambil dari buku " Si Cacing dan kotoran kesayangannya"dari karya Ajahn Brahm.

Seorang Bhiksu bijak, yang telah bertahun tahun saya kenal, tengah bergerak jalan bersama seorang kawan lamanya di sebuah padang. Pada penghujung senja yang terik, mereka tiba di bentangan yang sangat indah dari sebuah pantai yang tersembunyi. Sekali pun ada peraturan bahwa seorang Bhiksu dilarang berenang untuk bersenang senang, tetapi air biru menggodanya dan dia perlu mendinginkan badannya selepas perjalanan panjang, jadi dia segera melepas jubahnya dan pergi berenang.

Saat masih muda sebagai umat awam beliau adalah seorang perenang tangguh. Namun sekarang, setelah begitu lama menjadi Bhiksu, sudah bertahun tahun dia tidak pernah berenang lagi.Tak berapa lama setelah menceburkan diri ke dalam ombak yang menggelora, dia terperangkap di tengah ombak pasang yang kuat yang mulai menyeretnya ke tengah laut.
nantinya dia baru di beritahu bahwa pantai tersebut sangat berbahaya karena arus nya yang ganas. Mulanya Bhiksu tersebut mencoba berenang melawan arus. Dia segera menyadari bahwa arusnya terlalu kuat baginya. Latihan latihan yang selama ini dia pelajari sekarang datang sebagai penolongnya. Dia lalu bersikap santai, melepas,dan mengalir bersama arus.

Sebuah tindakan yang memerlukan keberanian besar untuk dapat bersikap santai dalam situasi seperti itu, tatkala dia melihat garis pantai terus menjauh. Dia berada ratusan meter dari daratan, ketika kekuatan arus mulai melemah Barulah sesudah itu dia mulai berenang menjauhi ombak pasang dan menuju garis pantai.
Dia bercerita kepada saya bahwa berenang kembali ke pantai benar benar telah menguras habis seluruh tenaganya.dia mencapai daratan dalam keadaan amat lelah. Dia yakin bahwa jika dia terus mencoba melawan arus, arus itu pasti sudah mengalahkannya. dan dia kan terseret ke tengah laut, sama halnya kalau dia mengikuti arus, tetapi dengan tenaga yang sudah terkuras habis sehingga tak memungkinkan bagi dia untuk kembali ke pantai. Jika saja dia tidak membiarkan dan mengalir bersama arus, dia yakin dia pasti sudah tenggelam.
Cerita tersebut menunjukan bahwa pepatah,"ketika tak ada yang perlu dilakukan, ya jangan ngapa-ngapain", bukanlah teori khayalan. malahan, itu bisa menjadi kebijaksanaan penyelamat kehidupan. ketika arus terlalu kuat bagi anda, itulah saatnya untuk mengalir bersama arus. Ketiak anda mampu bertindak dengan efektif, itulah saatnya untuk mengerahkan upaya.

Itu adalah sebuah nasihat yang sangat bijaksana yang mungkin harus kita ambil di saat seperti itu agar kita tidak menambah masalah baru dari masalah yang kita sedang hadapi.
Sebuah renungan.............
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...