Vipassana,Happiness, Togetherness, Safety, Morale in living, Buddhism. (Kebahagiaan, Kebersamaan, kemanusiaan,Keselamatan,Semangat dalam menjalani kehidupan)
Sunday, March 21, 2010
Unfortunately I, Fortunately, they
This is a quote that I took from the book "The Worm and his favorite dirt" from the work of Ajahn Brahm.
Life as a junior monk in Thailand seemed so unfair. Senior monks get the best food, sitting in a soft place, and not have to push push the wheelbarrow. Meanwhile, the only one not invited to my daily food tastes; I had to sit for hours in a ceremony that the hard cement floor (which is also uneven, due to poor villagers in the case of cement) and sometimes I have to work very hard. Unfortunately I luckily they .....
I spent a long time and not fun to think about my complaint. Senior monks may have been so enlightened, so it's useless good food for them, that I should get the best food. Senior monks are accustomed to sitting cross-legged on the floor hard for many years, Karen was it was I who should sit on the tender. Later a senior monk fat because fat delicious to eat good food, so everyone was having a "bearing nature" itself. Senior monk could only way that a junior monk must work, but they never worked, so how could they understand how hot and reach it's pushing wheelbarrow? projects it was their idea, so it should be on them to work! Unfortunately I luckily they ......
When I was a senior monk, I ate the best food, sitting in place soft, and very little physical work. However, it turns out I was actually jealous of the junior monk.
They do not need to give lectures, do not need daily as people listen to complaints, and does not need to spend endless hours of paperwork. they are not a lot of responsibility and they have so much free time.
I thought, "Unfortunately I luckily they !"...............
I immediately realized what had happened. Junior monks have "Agony junior monk." Senior monks had "a senior monk of Woe." As when a senior monk, I simply replaced one form of suffering to the suffering of others.
This is exactly the same for bachelors who envy to those who are married, and those who are married are still envious of bachelorhood. From here we must understand when we married, we just replace the "suffering bachelors" with "suffering people marry." When we divorced, we simply replace the "suffering people marry" with the "suffering of people who are no longer married." Unfortunately I luckily they ......
When we are poor, we're envious of those who are rich. However, many rich people who are envious of the friendship is sincere and limitations of the burden of responsibility is owned by those who are poor. Being rich is just replace the suffering with the suffering of poor people rich. Retirement income and decrease in pain is just replace the rich to the poor suffer. And so on ........ unfortunately I fortunately they were.
Thinking that you will be happy to become something else is just fantasy. Into something else merely replaced one form of suffering with the suffering of others. but when you have an adequate amount with what it is yourself, junior or senior, a wedding or a flunky, rich or poor, then you will be free from suffering. Luckily I unfortunately they .....
Ini adalah kutipan yang saya ambil dari buku " Si Cacing dan kotoran kesayangannya"dari karya Ajahn Brahm.
Kehidupan sebagai Bhiksu junior di Thailand serasa begitu tidak adil. Bhiksu senior mendapatkan makanan terbaik, duduk di tempat yang empuk, dan tidak perlu mendorong dorong gerobak sorong. Sementara, satu satunya makanan harian saya tidak mengundang selera; saya harus duduk berjam jam dalam sebuah upacara dilantai semen yang keras ( yang juga tidak rata, karena penduduk desa payah dalam hal menyemen) dan kadang kadang saya harus bekerja sangat keras. Malangnya saya untungnya mereka.....
Saya menghabiskan waktu yang lama dan tidak menyenangkan untuk memikirkan keluhan saya. Bhiksu senior mungkin sudah begitu tercerahkan, jadi makanan enak percuma saja bagi mereka, seharusnya saya yang mendapatkan makanan terbaik. Bhiksu senior sudah terbiasa duduk bersila dilantai keras selama bertahun tahun, karen itu sayalah yang seharlusnya duduk di tmpat empuk. Selanjutnya Bhiksu senior gemuk gemuk karena makan makanan enak enak, jadi semua sudah memiliki" Bantalan alam"sendiri. Bhiksu senior cuma bisa omong bahwa Bhiksu junior harus kerja, tetapi mereka sendiri tidak pernah bekerja, jadi bagaimana mereka bisa mengerti betapa panas dan capainya mendorong kereta sorong itu? proyek- proyek itu adalah gagasan mereka, jadi seharusnyalah mereka bekerja! Malangnya saya untungnya mereka......
Ketika saya sudah menjadi Bhiksu senior, saya makan makanan terbaik, duduk ditempat empuk, dan hanya sedikit bekerja fisik. Namun, ternyata saya malah iri kepada Bhiksu junior.
Mereka tidak perlu memberikan ceramah, tidak perlu se harian mendengarkan keluhan umat, dan tidak perlu menghabiskan waktu berjam jam untuk urusan administrasi. mereka tidak banyak tanggung jawab dan mereka punya begitu banyak waktu luang.
Saya berpikir, "Malangnya saya untungnya mereka!"...............
Segera saya sadar apa yang terjadi. Bhiksu Junior memiliki " Derita Bhiksu junior". Bhiksu senior memiliki " Derita Bhiksu senior". Sewaktu saamenjadi Bhiksu senior, saya hanyalah mengganti satu bentuk derita kebentuk derita yang lain.
Ini persis sama untuk para bujangan yang iri kepada mereka yang sudah menikah, dan mereka yang sudah menikah iri kepada yang masih bujang. Dari sini kita harus mengerti sewaktu kita menikah, kita hanyalah mengganti" derita bujangan" dengan "derita orang kawin" . Sewaktu kita bercerai, kita hanyalah mengganti "derita orang kawin" dengan" derita orang yang tidak lagi kawin". Malangnya saya untungnya mereka......
Sewaktu kita miskin, kita iri kepada mereka yang kaya. Namun, banyak orang kaya lyang iri kepada persahabatan yang tulus dan keterbatasan dari beban tanggung jawab yang dipunyai oleh mereka yang miskin. Menjadi kaya hanyalah menggnti derita orang miskin dengan derita orang kaya. Pensiun dan penurunan penghasilan hanyalah mengganti derita orang kaya dengan derita orang miskin. Begitu seterusnya........Malangnya saya untungnya mereka.
Berpikir bahwa anda akan bahagia dengan menjadi sesuatu yang lain hanyalah khayalan. Menjadi sesuatu yang lain hanyalah mengganti satu bentuk derita dengan bentuk derita yang lain. namun saat anda berkecukupan dengan apa adanya diri anda, junior atau senior, kawin atau bujang, kaya atau miskin, maka anda akan terbebas dari derita. Untungnya saya malangnya mereka.....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment